Menjalani puasa dengan cara seperti itu mungkin dia tidak tinggal kelas. Namun hanya tetap berada di kelas yang sama. Apakah itu tidak membosankan? Rasanya iya.
Tapi mau gimana lagi. Sekali lagi seperti yang telah kami sampaikan diatas bahwa semua orang punya goal-nya masing-masing. Ada orang yang tidak perlu naik kelas. Namun cukup hanya perlu "ada" dan bisa meramaikan suasana kelas tersebut.
Naiklah ke kelas yang berbeda setiap tahunnya. Walau status kita sudah berubah dari beriman menjadi bertaqwa tapi level ujian yang akan kita jalani memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.Â
Jangan sampai kita tinggal kelas atau kembali tercampak ke kelas dibawahnya. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah seorang hamba bisa mengetahui statusnya sudah berubah menjadi seseorang bertaqwa?Â
Hanya sang penilai yakni Allah SWT yang tahu seperti apa hasil nilai ujian keimanan yang telah kita lalui. Tidak seorang manusiapun tahu ia sudah naik kelas dari beriman menuju bertaqwa. Jika kita diberitahu tentu kita menganggap posisi kita sudah aman. Padahal sekali lagi bahwa ujian yang akan kita lalui setiap saat akan bertambah tingkat kesulitannya. Jadi tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menjmin dirinya adalah orang yang bertaqwa.
Marilah kita senantiasa memperbaiki kemampuan diri baik dari segi kognitif maupun non-kognitif seperti tingkat emosional dan kepribadian. Puasa di bulan Ramadhan merupakan jalan ujian yang harus kita lalui dengan penuh makna dah hikmah.Â
Semoga pada akhirnya kita bisa sama-sama naik kelas, merubah status dan berada di level yang lebih tinggi dan terhormat. Taqwa bukan hanya sekedar status, namun bagaimana cara kita menjadi manusia seutuhnya. Aamiin.. (AP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H