Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Guru Viral dan Cara Bijak Menyikapinya

31 Maret 2022   11:54 Diperbarui: 23 April 2022   12:14 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang guru, kita wajib memperlihatkan contoh yang baik kepada murid-murid kita dimanapun kita berada dalam dalam kondisi apapun. Seperti dalam istilah Jawa, guru itu "digugu dan ditiru". Tindak tanduk dan perbuatan seorang guru sedikit banyaknya pasti akan diperhatikan bahwa ditiru oleh muridnya. Apakah seorang guru membawakan diri sebagai contoh yang baik ataupun secara tidak sadar membawakan diri kedalam hal yang buruk, tetap saja itu semua memiliki efek yang luar biasa kepada muridnya.

img.okezone.com
img.okezone.com

Tak masalah jika seorang guru memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Karena contohnya saja, Pak Ribut dengan latar belakangnya yang unik. Tapi, selayaknya yang dilakukan seorang guru adalah memperbaiki segala kekurangan dirinya agar dapat memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya. Guru wajib meninggalkan segala kebiasaan buruknya atau kebiasaan-kebiasaan yang dianggap buruk dimata masyarakat. Guru perlu menjaga kehormatan dan harga dirinya. Guru harus tetap selalu menjaga rasa malunya dengan memposisikan diri sebaik mungkin dimata stakeholder dari berbagai kalangan.

Jika Pak Ribut selama ini memang suka menari, silahkan saja Pak Ribut melakukannya. Jika mungkin selama ini Pak Ribut adalah sosok yang ceriwis, itu juga tak apa-apa. Itulah mungkin yang menjadi ciri khasnya. Tapi sepertinya Pak Ribut tak perlu meng-up itu semua ke media sosial untuk dipertontonkan ke semua netizen dari segala usia. Jika memang itu semua merupakan cara Pak Ribut agar tetap merasakan kebahagian. Cukup Pak Ribut simpan video-video itu di memori galeri ponsel atau dalam satu folder khusus di laptop atau komputer miliknya.

Kini nasi telah menjadi bubur. Hal yang perlu dilakukan Pak Ribut adalah menghapus video-videonya yang telah diunggahnya di lintas akun media sosialnya. Jika harus men-take down videonya yang telah tersebar dibanyak akun milik orang lain sepertinya Pak Ribut tak akan sanggup karena memang sudah sangat viral. Setelah itu, Pak Ribut hanya perlu memperbaiki diri dengan bersikap sewajarnya agar dapat kembali memulihkan keadaan. Agar tidak ada lagi gunjingan tentang dirinya. Sehingga nasi tadi bisa berubah menjadi bubur ayam yang enak dan pantas untuk dihidangkan.

Saya yakin Pak Ribut-Pak Ribut lainnya sangat banyak diluar sana. Guru yang seperti Pak Ribut juga banyak. Masyarakat tidak perlu memojokkan dan mencaci-maki. Masyarakat hanya perlu mengingatkan tentang perbuatan-perbuatan yang salah itu. Masyarakat hanya perlu mendorong dan membimbing sosok-sosok seperti Pak Ribut untuk berubah dan memperbaiki diri menjadi lebih terhormat. Masyarakat harus bisa bersikap professional dengan menilai secara objektif, bukan secara subjektif.

Terakhir, manusia tempatnya salah dan khilaf. Tak ada satupun manusia di muka bumi ini yang terbebas dari yang namanya berbuat kesalahan dan pelanggaran. Karena manusia hidup di bumi yang selalu berdampingan dengan setan yang senantiasa membisikkan kejahatan kedalam dada manusia. Agar manusia dapat tergelincir dalam perbuatan dosa dan pelanggaran atas ajaran dan perintah Allah SWT.

Maka, mari sama-sama kita perbaiki diri, memetik hikmah dan mengamalkannya dalam kehidupan ini, sebelum terlambat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun