Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Guru Viral dan Cara Bijak Menyikapinya

31 Maret 2022   11:54 Diperbarui: 23 April 2022   12:14 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini lintas media dihebohkan dengan sosok seorang Pak Ribut. Pak Ribut sempat viral dan trending menjadi perbincangan khalayak dan netizen lantaran beredarnya video-videonya di aplikasi yang sedang digandrungi anak-anak muda saat ini. Salah satu yang mengguncang jagat maya adalah cuplikan video adegan Pak Ribut tengah memberikan pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) dengan materi tentang Nabi Luth a.s. Pada pelajaran tentang Nabi Luth ini akan pasti menyinggung tentang pengikutnya yang berbuat pelanggaran kepada Allah SWT. dengan melakukan perbuatan menyimpang yang mendatangkan dosa dan murka Allah SWT.

Siapa lagi kalau bukan yang namanya kaum Sadum. Itulah sebutan bagi umat Nabi Luth yang melakukan perbuatan dosa dengan menyukai sesama jenis. Sungguh perbuatan yang menjijikkan dan sangat dilarang oleh nabi dan Allah SWT. Karena jelas menyalahi kodrat manusia yang hanya berasal dari dua golongan yakni seorang laki-laki (zakari) dan seorang perempuan (untsa). Dimana salah satu ayat yang menerangkan hal tersebut terdapat pada Surah Al-Hujurat ayat 13 didalam kitab suci Al-Qur'an.

Kembali kita bahas perihal video Pak Ribut yang tadi viral di media sosial. Diawal jelas tidak ada yang salah dengan konten materi yang diterangkan oleh Pak Ribut kepada murid-muridnya. Materi yang disampaikan sesuai KD (Kompetensi Dasar) yang ada di kurikulum.

Tapi dimenit-menit akhir dari video tersebut, Pak Ribut bertanya kepada murid-muridnya tentang contoh orang yang melakukan perbuatan menyimpang seperti itu. Beberapa muridnya terlihat aktif dengan menjawab pertanya-pertanyaan yang ditanyakan Pak Ribut dan antusias mendengarkannya. Salah seorang murid yang kelihatan pintar juga ikut aktif memberikan balasan atas pertanyaan Pak Ribut. Memang sepertinya ia murid yang pintar dan sangat menonjol sekali.

Murid yang pintar itu secara spontan menyampaikan bahwa contoh orang yang melakukan perbuatan menyimpang itu adalah Pak Ribut itu sendiri. Mendengar jawaban muridnya, Pak Ribut terlihat kalang-kabut dan seperti mengkonfirmasi kepada murid-muirdnya bahwa ia bukanlah termasuk golongan itu.

Kenapa bisa murid-muridnya sampai berani mengatakan bahwa Pak Ribut seperti yang dimaksud? Apakah anak-anak itu memiliki radar yang bisa mengkategorikan bahwa seseorang itu merupakan seseorang yang ikut meniru perbauatan kaum Sadum? Jelas perkataan murid-murid itu bukan tanpa alasan. Video-video Pak Ribut ternyata sudah lama beredar di media sosial. Mungkin kita sebagai orang awam bisa langsung menyimpulkan bahwa sosok Pak Ribut merupakan seorang lelaki yang gemulai dari cara bersikap dan bertutur kata.

Sebelumnya disini saya mohon maaf jika tulisan ini sempat dibaca oleh orang yang bersangkutan. Disini saya bukan untuk menghakimi atau men-judge beliau. Namun, saya hanya mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang telah terjadi dan heboh diperbincangkah khalayak.

Pak Ribut jelas memiliki kecendrungan akan hal itu. Tidak hanya bisa kita simpulkan dari gestur dan pembawaannya sebagai seorang lelaki tapi juga dari gaya bicaranya. Saya sebenarnya tidak berniat mengangkatnya menjadi sebuah catatan dan tulisan tapi ternyata yang beredar di media sosial tidak hanya video perbicangan Pak Ribut dengan murid-muridnya ketika menerangkan pelajaran di kelas. Namun juga ada beredar cuplikan video Pak Ribut mendekati dan berinteraksi dengan seorang bule laki-laki ketika ia berada di salah satu lokasi wisata di pulau Bali. Ditambah dengan video lain ketika Pak Ribut menari dengan gerakan yang sangat lincah dan meliuk-liuk bagaikan seorang perempuan yang sangat jago menari.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan seorang Pak Ribut. Mungkin itu salah satu cara dia menyenangkan hatinya sendiri. Mungkin itulah cara dia mengekspresikan perasaannya. Pak Ribut aktif di media sosial dan itu bukanlah hal yang salah karena semua orang belakangan ini memang tidak bisa lepas dari kegiatan mengecek timeline dan memperhatikan akun media sosialnya.

Namun, ternyata Pak Ribut merupakan seorang guru. Sebuah profesi dengan tugas yang sangat mulia karena mengajar, mendidik, dan melakukan transfer ilmu kepada muridnya. Dalam proses pembelajaran, tidak hanya aspek kognitif yang menjadi tujuan yang hendak dicapai. Namun juga aspek sosial dan spiritual juga sangat ditekankan kepada murid untuk diamalkan dan diaplikasikan dalam kehidupan mereka.

Sebagai seorang guru, kita wajib memperlihatkan contoh yang baik kepada murid-murid kita dimanapun kita berada dalam dalam kondisi apapun. Seperti dalam istilah Jawa, guru itu "digugu dan ditiru". Tindak tanduk dan perbuatan seorang guru sedikit banyaknya pasti akan diperhatikan bahwa ditiru oleh muridnya. Apakah seorang guru membawakan diri sebagai contoh yang baik ataupun secara tidak sadar membawakan diri kedalam hal yang buruk, tetap saja itu semua memiliki efek yang luar biasa kepada muridnya.

img.okezone.com
img.okezone.com

Tak masalah jika seorang guru memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Karena contohnya saja, Pak Ribut dengan latar belakangnya yang unik. Tapi, selayaknya yang dilakukan seorang guru adalah memperbaiki segala kekurangan dirinya agar dapat memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya. Guru wajib meninggalkan segala kebiasaan buruknya atau kebiasaan-kebiasaan yang dianggap buruk dimata masyarakat. Guru perlu menjaga kehormatan dan harga dirinya. Guru harus tetap selalu menjaga rasa malunya dengan memposisikan diri sebaik mungkin dimata stakeholder dari berbagai kalangan.

Jika Pak Ribut selama ini memang suka menari, silahkan saja Pak Ribut melakukannya. Jika mungkin selama ini Pak Ribut adalah sosok yang ceriwis, itu juga tak apa-apa. Itulah mungkin yang menjadi ciri khasnya. Tapi sepertinya Pak Ribut tak perlu meng-up itu semua ke media sosial untuk dipertontonkan ke semua netizen dari segala usia. Jika memang itu semua merupakan cara Pak Ribut agar tetap merasakan kebahagian. Cukup Pak Ribut simpan video-video itu di memori galeri ponsel atau dalam satu folder khusus di laptop atau komputer miliknya.

Kini nasi telah menjadi bubur. Hal yang perlu dilakukan Pak Ribut adalah menghapus video-videonya yang telah diunggahnya di lintas akun media sosialnya. Jika harus men-take down videonya yang telah tersebar dibanyak akun milik orang lain sepertinya Pak Ribut tak akan sanggup karena memang sudah sangat viral. Setelah itu, Pak Ribut hanya perlu memperbaiki diri dengan bersikap sewajarnya agar dapat kembali memulihkan keadaan. Agar tidak ada lagi gunjingan tentang dirinya. Sehingga nasi tadi bisa berubah menjadi bubur ayam yang enak dan pantas untuk dihidangkan.

Saya yakin Pak Ribut-Pak Ribut lainnya sangat banyak diluar sana. Guru yang seperti Pak Ribut juga banyak. Masyarakat tidak perlu memojokkan dan mencaci-maki. Masyarakat hanya perlu mengingatkan tentang perbuatan-perbuatan yang salah itu. Masyarakat hanya perlu mendorong dan membimbing sosok-sosok seperti Pak Ribut untuk berubah dan memperbaiki diri menjadi lebih terhormat. Masyarakat harus bisa bersikap professional dengan menilai secara objektif, bukan secara subjektif.

Terakhir, manusia tempatnya salah dan khilaf. Tak ada satupun manusia di muka bumi ini yang terbebas dari yang namanya berbuat kesalahan dan pelanggaran. Karena manusia hidup di bumi yang selalu berdampingan dengan setan yang senantiasa membisikkan kejahatan kedalam dada manusia. Agar manusia dapat tergelincir dalam perbuatan dosa dan pelanggaran atas ajaran dan perintah Allah SWT.

Maka, mari sama-sama kita perbaiki diri, memetik hikmah dan mengamalkannya dalam kehidupan ini, sebelum terlambat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun