Mohon tunggu...
Akbar Indra Kusuma
Akbar Indra Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu Pariwisata Suku Baduy: Tantangan dan Dampak terhadap Masyarakat Adat

15 Juni 2024   21:36 Diperbarui: 15 Juni 2024   22:03 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Suku Baduy, yang hidup di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia, dikenal sebagai salah satu komunitas adat yang masih mempertahankan tradisi dan budaya mereka secara ketat. Terbagi menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar, suki ini menawarkan pandangan unik terhadap masyarakat khususnya Masyarakat kota yang mungkin masih asing sehingga tertarik tentang kehidupan suku Baduy yang selaras dengan alam dan tradisi leluhur. Dalam beberapa terakhir, pariwisata telah menjadi suatu hal yang semakin merambah wilayah mereka, membawa berbagai cerita dan pengalaman yang kompleks. Artikel ini akan membahas isu-isu yang muncul akibat pariwisata di wilayah Suku Baduy, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat adat.

Latar Belakang Suku Baduy

Suku Baduy dikenal dengan gaya hidup yang sangat sederhana dan masih aturan adat yang ketat. Baduy Dalam, yang terdiri dari tiga desa utama yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik, sangat menjaga kemurnian tradisi mereka. Mereka menolak keras modernisasu dan memilih menjalani hidup dengan bercocok tanam serta mengumpulkan hasil hutan. Di sisi lain, Baduy Luar sudah mulai sedikit lebih terbuka terhadap perubahan teknologi, meskipun masih sangat terikat dengan tradisi.

Kedatangan wisatawan ke wilayah Suku Baduy, yang mulai meningkat pesat sejak tahun 2000-an, membawa serta peluang ekonomi namun juga tantangan yang signifikan. Interaksi dengan dunia luar memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka, dari sosial, ekonomi, hingga budaya.

Dampak Ekonomi Pariwisata

Pariwisata di wilayah Suku Baduy telah menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat disana. Banyak penduduk yang mulai terlibat dalam kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pariwisata, seperti penjualan kain atau karya tangan buatan mereka ,menjadi pemandu wisata, dan penyedia jasa penginapan. Pendapatan tambahan dari sektor pariwisata ini membantu meningkatkan ekonomi Masyarakat disana, di Baduy Luar masyarakat yang lebih terbuka terhadap pengunjung.

Namun, manfaat ekonomi ini tidak tersebar merata. Sebagian besar keuntungan dari pariwisata cenderung dinikmati oleh segelintir individu yang memiliki akses dan kemampuan untuk berinteraksi dengan wisatawan. Ketidakmerataan distribusi pendapatan ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial.

Selain itu, ketergantungan pada pendapatan dari pariwisata juga membuat ekonomi lokal rentan terhadap fluktuasi jumlah wisatawan. Misalnya, selama pandemi COVID-19, jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah Suku Baduy menurun drastis, yang berdampak signifikan pada pendapatan masyarakat yang bergantung pada sektor ini.

Dampak Sosial dan Budaya

Pariwisata juga membawa dampak sosial dan budaya yang kompleks. Suku Baduy, terutama Baduy Dalam, memiliki aturan ketat mengenai interaksi dengan dunia luar. Kedatangan wisatawan harus memahami terkait aturan aturan yang ada. Peningkatan interaksi dengan wisatawan sering kali membawa masuk nilai-nilai dan kebiasaan yang berbeda, yang dapat mempengaruhi cara hidup tradisional mereka.

Salah satu dampak budaya yang paling mencolok adalah perubahan dalam praktik dan kepercayaan adat. Masyarakat Baduy Dalam sangat menjaga kemurnian budaya mereka dan menolak pengaruh luar, termasuk penggunaan teknologi modern dan pakaian dari luar. Namun, dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, ada kekhawatiran bahwa generasi muda Baduy mungkin mulai tertarik pada gaya hidup modern, yang dapat mengancam kelestarian budaya mereka.

Selain itu, meningkatnya interaksi dengan wisatawan juga berpotensi menyebabkan komersialisasi budaya. Kerajinan tangan dan upacara adat yang dulunya dilakukan sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari kini sering kali diproduksi dan disajikan untuk kepentingan wisatawan. Komersialisasi ini dapat mereduksi makna dan nilai asli dari tradisi dan budaya mereka.

Tantangan Lingkungan

Masyarakat Baduy yang sangat menghormati alam sebagai bagian integral dari kehidupan mereka merasa terganggu dengan perubahan lingkungan ini. Tradisi Baduy yang ketat dalam menjaga kelestarian hutan dan sumber daya alam mereka menjadi terancam dengan datangnya sampah plastik dan polusi lainnya yang dibawa oleh wisatawan. Hal ini menimbulkan kebutuhan mendesak untuk mengelola pariwisata secara berkelanjutan agar tidak merusak lingkungan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan mereka.

Upaya Pelestarian dan Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

Menghadapi berbagai dampak yang kemungkinan terjadi, diperlukan upaya yang holistik untuk memastikan bahwa pariwisata di wilayah Suku Baduy dikelola secara berkelanjutan dan menguntungkan masyarakat disana. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan kesadaran wisatawan tentang pentingnya menghormati budaya dan lingkungan Suku Baduy. Edukasi tentang aturan dan norma yang berlaku di wilayah Baduy harus disampaikan secara jelas kepada wisatawan sebelum mereka memasuki area ini.

Pemerintah daerah dan lembaga terkait juga perlu bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk merumuskan kebijakan yang mendukung pariwisata berkelanjutan, termasuk pengaturan jumlah wisatawan yang diperbolehkan masuk, pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, dan penyediaan fasilitas pengelolaan sampah yang efektif.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pariwisata didistribusikan secara adil dan merata. Program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat Baduy harus ditingkatkan, agar lebih banyak penduduk dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari industri pariwisata.

Kesimpulan

Pariwisata di wilayah Suku Baduy membawa serta peluang dan tantangan yang signifikan. Sementara pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi yang substansial, dampaknya terhadap sosial, budaya, dan lingkungan tidak dapat diabaikan. Penting untuk mengelola pariwisata dengan cara yang menghormati dan melestarikan tradisi serta lingkungan Suku Baduy. Dengan pendekatan yang berkelanjutan dan inklusif, pariwisata dapat menjadi sarana untuk mendukung kesejahteraan masyarakat adat tanpa mengorbankan nilai-nilai dan warisan budaya mereka.

Referensi

Azus, L. A., & Titi Raharjana, D. (2024). Tantangan Pendampingan Kepariwisataan Di Masyarakat Baduy. Jurnal Abdimas Pariwisata, 5(1), 87--102.

Ivanny Julisa Utami. (2023). Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 di Provinsi Banten. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi, Administrasi Negara Dan Hukum, 1(1), 301--306.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun