Artinya, NA bukan pemimpin abal-abal. Tak hanya sekedar pimpinan, tapi ia pemimpin sejati, memiliki visi, misi dan karakter yang padu -seorang yang konsisten pada visinya, meyakini kemampuannya mewujudkan mimpi menjadi nyata.
10 tahun memimpin Bantang, Prof NA melakukan terobosan: menurunkan angka kematian ibu melahirkan, membangun sektor pertanian, dan ia bangun infrastruktur secara massif.
APBD Bantaeng naik tiga kali lipat. Bayangkan pendapatan asli daerah  naik, justru empat kali lipat, Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita penduduk naik lima kali lipat. Jumlah penduduk miskin di Bantaeng, pun merosot dari 12 persen ke 5 persen, sampai tahun 2016.
Bantaeng terus melaju. Prof NA pun meraih penghargaan berskala nasional dan internasional. Ia masuk jajaran Kepala Daerah Pembaharu, tokoh perubahan, dan Kepala Daerah Inovatif bersama Walikota Solo, Ir Joko Widodo - kini Presiden RI ke 7.
Kecendekiawanan Prof NA, berbasis akademik. Ia jebolan Universitas Kyushu, Jepang. Ia menguasai ilmu Teknologi dan Pertanian. Berbekal itu, NA berkreasi di Bantaeng. Hasilnya, memukau.
Jadi, tak heran jika Tahun 2018, nama NA menyolok. Masyarakat banyak yang berdecak kagum, memuji sekaligus mengidolakannya. Popularitas NA sulit dibendung. Prestasi Kabupaten Bantaeng menjadi "boster" popularitas NA.
Mau tak mau, NA terdorong ke tingkatan politik regional. Ia menjadi Calon Gubernur. NA menang telak bersama wakilnya Andi Sudirman Sulaiman. Mereka memasuki Kantor Gubernur di Jalan Urip Sumiharjo, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel, produk demokrasi yang otentik.
Belum setahun menahkodai Sulsel, Prof NA menghadapi turbulence. Gaduh. Kursi Gubernur digoyang oleh Hak Angket DPRD Provinsi Sulsel. Berawal dari ulah Wakil Gubernur, Sudirman - nyeleneh meneken SK Mutasi. Padahal itu bukan ranahnya.
DPRD menduga, terjadi dualisme kepemimpinan. Wagub menjadi matahari kembar. Dan ini harus ditata ulang. Wagub harus paham tupoksi. Juga banyaknya pejabat digeser dan dicopot. Semua bermetamorfosis menjadi suatu rangkaian persoalan.
Prof NA membiarkan Angket DPRD. Tentu, prinsipnya, kebenaran akan terungkap di sana. Ia tak gentar digoyang issu pemaksulan. Agenda besar politik pemaksulan di balik angket DPRD, pun redup.
Prof NA hadir dalam sidang Panitia Angket DPRD Sulsel di Gedung DPRD, menjawab pertanyaan-pertanyaan Ketua Pansus Angket, Kadir Halid secara lantang. Prof NA menyajikan karakter seorang pemimpin sejati. Ia tak gentar sedikitpun dicecar pertanyaan. Ia menjawab apa adanya. Terungkap ketiga pejabat yang dicopotnya karena punya masalah, ada dalam LHP inspektorat.Â