Mohon tunggu...
dannu akbar
dannu akbar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pengemar sastra dan jalan dakwah perjuangan literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cerita Orang Dalam Pemantauan

7 April 2020   14:20 Diperbarui: 9 April 2020   05:34 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi virus Corona telah menakutkan tiap negara. Entah negara maju ataupun negara berkembang waspada terhadap penyebaran covid-19. Di Indonesia, katagori yang terindikasi terbagi menjadi 3. Pertama Orang dalam pemantauan(ODP), kedua Pasien Dalam Perawatan (Pasien dalam Perawatan), ketiga pasien positif Covid-19.

Sebelum saya melanjutkan, ada baiknya menjelaskan mengapa hanya membahas ODP? Apakah tidak lebih berbahaya pasien positif ? Tahan dulu diri anda, jawaban sederhananya adalah karena saya termasuk ODP.

Maka, pesan ini dituliskan sebagai langkah konkret menegaskan bahwa masyarakat Indonesia sebisa mungkin menerapkan hidup sehat selama masa karantina ini.

Cerita awalnya bermula pada kebiasaan saya dengan makanan yang bersifat asam seperti buah jeruk, lemon, sambal ulek dan meminum minum kopi. Hal ini sudah menjadi rutinitas sedikitnya 50% dalam sebulan bulan. 

Namun dalam masa karantina ini, saya tetap menerapkan hidup sehat seperti berolahraga, belajar, dan tidak begadang. Dari segi psikologis, ketakutan itu tidaklah terlalu justru lebih ke arah waspada. 

Memakai hand sanitizer, rajin mencuci tangan, memakai masker ketika berpergian, dan juga menerapkan social distance sudah dilakukan.

Apalah daya, pada suatu subuh badan saya menggigil, ditandai dengan terkena angin saja sudah sangat tidak enak. Respon pertama kali adalah pusing, muntah, mual kemudian demam. 

Berlanjut pada nyeri sekujur tubuh dari kepala sampai kaki terutama sendi-sendi lipatan seperti siku, dengkul, leher dan pergelangan tangan. Namun pernapasan tidaklah sesak malah tekanan itu ada pada ulu hati. 

Jadi setiap menarik dan menghembuskan terasa sakit, akibatnya tidak bisa tidur sama sekali. Perihal berapa jamnya, sekitar 15 jam. Ada waktu jeda dalam deman itu, saat pukul 19.00 - 00.00. Tentang suhu tubuh, karena keterbatasan alat saya perkirakan >38C.

Masa berobat

Pengobatan pertama berkunjung ke puskesmas. Keluhan utama adalah sakit ulu hati saat bernafas. Karena pikiran saya yang harus dilakukan adalah bisa istirahat alias tidur nyenyak. 

Jadi nggak perlu ke RS (Rumah Sakit), melihat kondisi sekarang yang harus meningkatkan waspada. Sesampainya disana perkiraan pukul 01:15, melakukan cuci tangan, cek suhu tubuh, serta melengkapi admistrasi lainnya. Beruntungnya, suhu tubuh saya masih normal 36C. Mungkin karena Paracetamol yang saya minum tiga kali hari kemarin.

Kemudian diperiksa tensi pun normal. Berlanjut ke pemeriksaan dokter. Hal unik disini saat mengucapkan adanya demam, sebab seakan perhatiannya langsung menuju ke arah mata saya. 

Hal yang wajar saja, dari gejala demam, muntah, pilek, dan batuk serta susahnya bernafas (sakit ulu hati) karena saya pun melihat diri saya seakan terinveksi Covid-19. 

Namun ketika dicek tenggorokan ada indikasi radang, akibat rutinitas minum air dingin. Saat pertanyaan dokter terakhir tertulis dalam kertas dan status saya pun ODP. Saya juga berterima kasih, dengan saran dokter untuk ke Rumah Sakit akibat kuantitas muntah yang lebih dari 10.

Dalam perjalanan pulang badan saya merespons angin dengan menggil berlebihan. Ditandai dengan gigi, kaki dan badan yang bergetar. Sesampainya di rumah, saya pun melumuri badan dengan minyak kayu putih serta selimut berlapis 3. Obat tersebut langsung diminum sesuai aturannya. 

Sekitar satu jam kemudian saya bisa tertidur, namun tiba-tiba bangun dan muntah berkali-kali. Saat itu juga keputusan untuk ke Rumah Sakit dilakukan. Sebelum itu, prediksi orang tua saya mengerucut pada sakit asam lambung. Sebab tadi pagi pun sudah meminum lemon teh.

Pengobatan kedua, berangkat dengan pada sekitar pukul 04.20. Dengan jaket double 2 agar gejala menggigil tidak ada. Sesampainya disana, dicek suhu tubuh dan hasilnya 37,3C serta tensi 130. 

Kemudian menyampaikan keluhan dan akhirnya obat disuntik adalah pilihan. Dengan ini, saya merasa pernapasan tidaklah sesakit sebelumnya. Jadi masih ada sakit ketika bernapas, namun masih bisa diatasi seiring menuruti perintah dokter.

Pesan saya bagi setiap lapisan masyarakat, tolong jangan remehkan pandemik Covid-19. Jaga kesehatan diri, keluarga dan orang tersayang. Ikuti himbauan pemerintah merupakan jawabannya, minimal memakai masker kain ketika berpergian dan rutinitas mencuci tangan. 

Saat ini, saya harus melakukan karantina mandiri sesuai protokol pemerintah. Karena membahayakan keselamatan orang lain diharamkan oleh ajaran agama saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun