Mohon tunggu...
dannu akbar
dannu akbar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pengemar sastra dan jalan dakwah perjuangan literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semenjak Ditutupnya Sekolah Offline

5 April 2020   09:17 Diperbarui: 5 April 2020   09:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semenjak datangnya wabah virus Corona ke Indonesia, hampir setiap kegiatan diberhentikan dan berpindah untuk bekerja, beribadah dan belajar dari rumah. Itulah jawaban alasan viralnya #dirumahaja.

Saya sebagai mahasiswa pun merasakannya yaitu Study From Home (SFH). Karena memang wabah ini begitu berbahaya, mungkin tidak ada gejalanya bagi anak muda tapi dia bisa menularkan yang kepada yang tua. 

Namun, justru dengan adanya kegiatan di rumah ada banyak hal yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak kenal menjadi lebih kenal, bahkan bisa jadi di yang tidak produktif menjadi lebih produktif.

Demi mengisi kekosongan kegiatan, banyak dari teman-teman seperjuangan melakukan interaksi sosial yang jarang yang dilakukan sebelumnya. Hal yang saya maksud adalah kritik dan saran pada personal secara subjektif serta objektif.

Uniknya kegiatan ini, kita bisa mengenal teman-teman kita melalui status WhatsApp. Sedikitnya ada ada 4 hal yang terkandung dari setiap kesan pada temannya :

1. Keindahan, terlihat sekali dari foto yang dipajang. Pasti memilih yang bagus bukan yang posenya jelek.
2. Karakter, di sini setiap orang menceritakan baik buruknya lucunya serta pribadinya menurut pandangannya.
3. Pengalaman, hal ini menceritakan tentang kesehariannya. Mungkin ada yang pernah menjadi teman satu asrama atau sekelas. Jadi dia cara dia menyelesaikan masalah pun terlihat.
4. Do'a, banyak yang mengharapkan masa depan yang indah. Inilah yang dimaksud dengan cita-cita, seperti saat temannya itu menceritakan tentang dirinya dan kegiatan serta usahanya untuk menggapai impian.

Menurut perspektif Islam, fenomena ini bisa berkaitan dengan ayat Al-Quran :

Pertama, Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan
Allah SWT berfirman:

fa inna ma'al-'usri yusroo

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"

inna ma'al-'usri yusroo

"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5-6)

Kesulitan yang dimaksud dari ayat ini, bisa ditafsirkan sebagai wabah Corona. Yang mengakibatkan tidak bisanya masyarakat beraktivitas diluar rumah. Dengan kelonggaran waktu ini, perasaan bosan khawatir, takut, tidak semangat dengan situasi yang kian tidak membaik. 

Tapi Allah memberikan kemudahan, seperti bisa lebih mengenal teman yang tadinya tidak kenal. Bisa lebih bersimpati kepada yang tidak beruntung, bisa lebih meluangkan waktu untuk keluarga lebih lama. Dan hal baik lainnya yang mendekatkan kita kepada rasa tenang, mungkin belum pernah dirasakan sebelumnya.

Dalil tersebut, anjurkan kita untuk tetap bersikap optimis bukan pesimis dan menyerah dengan keadaan. Karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti hastag go-jek pasti ada jalan.

Kedua, budaya mengisi waktu dengan baik
Allah SWT berfirman:

illallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati wa tawaashou bil-haqqi wa tawaashou bish-shobr

"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
(QS. Al-'Asr 103: Ayat 3)

Bagaimana tidak baik, jika keseharian kita saling menasehati. Entah dalam hal apapun intinya berujung pada kebaikan sesama.

Hubungannya apa dengan berkenalan lewat status WhatsApp? Begini saya jelaskan, kekosongan waktu yang diisi untuk saling mengintropeksi diri dan saling mengenal serta bersilaturahmi adalah sebuah kebaikan. 

Karena yang diingat adalah kesan baik, walaupun ada sedikit jenaka, diselipkan dalam komentarnya. Dari sini, kita bisa memahami bahwa keindahan merupakan fitrah manusia. Maka kita ditegur untuk perbaiki internal dan eksternal diri masing-masing.

Kemudian, kebenaran di sini bisa berarti dengan berkata jujur alias apa adanya. Dengan ini, kita belajar berkata seperti realitas yang ada dan menguji cara berdialog dengan sesama. Bukan dengan sumpah serapah atau caci-maki yang tiada guna.

Begitupun juga dengan tafsir saling menasehati dalam kesabaran. Sabar bukan berarti diam serta pasrah dengan keadaan, tapi sejatinya adalah terus berjuang dan yakin bahwa ada harapan dalam kesulitan. Sederhana saja, masa karantina ini butuh energi untuk tahan tidak beraktivitas diluar rumah. 

Terus mendukung tim medis, bekerja melawan pandemik yang masih merajalela. Mengigatkan teman seperjuangan agar tetap jaga kesehatan, social dan physical distance. Semoga Allah SWT menjaga kita dari wabah Covid-19 ini.

Dannu Akbar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun