Perekonomian Sulawesi Tenggara menunjukkan tren positif pada tahun 2023. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2024), Provinsi Sulawesi Tenggara menempati peringkat ketujuh dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 5,35%.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara juga berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05%. Pertumbuhan ekonomi tersebut dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).Â
Adapun indikator PDRB yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Pengeluaran pemerintah daerah, dan tenaga kerja (Nasution, 2010).
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebagian besar terjadi pada lapangan usaha.
Lapangan usaha tersebut berasal dari sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 21,72%; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib tumbuh sebesar 18,12%; jasa perusahaan tumbuh sebesar 11,51%; serta sektor pertanian/perkebunan, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 0,98% (BPS, 2024).
Meskipun Sulawesi Tenggara termasuk dalam pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, namun dengan melihat kontribusi setiap sektor harusnya ekonomi Sulawesi Tenggara dapat lebih berkembang dan tidak hanya mengandalkan sektor pertambangan.
Salah satu sektor yang berpotensi memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yaitu sektor pertanian/perkebunan.
Sulawesi Tenggara memiliki sumber daya pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah dan memiliki potensi jika dikembangkan dengan baik.
Adapun komoditi pertanian dan perkebunan Sulawesi Tenggara, diantaranya kakao, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, karet, kopi, pala, lada, dan nilam.
Salah satu komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan adalah kelapa sawit.Â