Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Awal Mula

18 Desember 2023   01:00 Diperbarui: 18 Januari 2024   23:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ngapain masih kamu inget-inget. Kan dia udah nikah Fat!" ketus Ayuk dengan raut muka tambah kesal.

“Kamu tuh goblok atau gimana sih! Sadar Fat!” tambah Ayuk sembari mengelus dada.

"Aku enggak goblok. Ya seperti itulah hati bekerja. Ketika hati itu telah ditumbuhi berbagai emosi, dan salah satunya itu emosi berbentuk cinta maka kalian akan merasa untuk terus memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya. Aku menyadari hal itu dari kisahku sama Mas Dan. Sebanyak apa pun aku menerima, jika aku kurang atau tidak sama sekali memberi, lantas letak kebahagiaannya di mana?" jelasku pada mereka.

"Tapi, kamu tahu, kan? Cuma kamu yang memberi. Ruang hatimu, tempat berkeluh kesah, waktu dan banyak hal," ucap Ama dengan gusar.

"Ya, tentu, hanya aku. Dan di situlah kebahagiaannya. Aku merasa bahagia dengan memberi. Kalian tidak mau aku bahagia?"

"Bodoh!" tukas Ayuk dengan nada kesal dan cenderung tinggi. Sampai-sampai beberapa pengunjung dan karyawan menoleh ke arah kami. Meskipun kami tidak menggubris pandangan mereka.

"Meskipun memang perlu digaris bawahi, dalam hal memberi tidak hanya siapa yang dianggap penting, tetapi harus saling. Aku menganggap hal yang terjadi padaku sebagai pelajaran. Dan pelajaran yang aku ambil itu terletak pada kalimatku sebelum-sebelumnya.

Aku pertegas lagi, ya. Pertama, aku menyadari tidak akan bisa menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi padaku. Perihal perasaanku yang tumbuh untuk Mas Dan, aku tidak pernah memilih untuk itu. Apalagi aku terluka sebab perasaanku itu. Kalau aku tahu akan patah hati, aku tidak akan memilih untuk jatuh hati. Bukankah itu kuasa Sang Pembolak-balik Hati? Aku hanya bisa mengendalikannya agar semuanya tetap terkendali Yuk, Ma.

Kedua, aku merasa bahagia dengan aku memberi dan aku sadar kok kalau aku tidak bisa berharap apa yang aku berikan akan kembali, terlebih dari orang yang sama, dan itu enggak masalah. Ketika aku menginginkan sesuatu dari orang lain, maka aku juga harus melakukan hal yang sama. Aku tidak bisa berharap orang lain akan mulai melakukannya, kan?" jelasku pada Ayuk dan Ama.

Ayuk dan Ama terdiam dengan penjelasanku. Mereka sering meyalahpahami apa yang aku lakukan. Kedua teman dekatku itu memang harus diberikan penjelasan panjang kali lebar agar bisa memahami.

Di sela-sela keheningan itu, aku melanjutkan ucapanku, "Sekarang, bagian tersulitnya adalah melanjutkan hidup beriringan dengan luka ini. Sebelum itu aku melihat ke belakang sekali untuk meyakinkan diriku, bahwa Mas Dan hanyalah seseorang sebagai teman belajar. Dan aku sudah cukup belajar dari Mas Dan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun