Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Seorang Penulis Harus Gemar Membaca? Inilah 3 Alasannya

16 Februari 2021   22:45 Diperbarui: 16 Februari 2021   23:18 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah kutipan yang mungkin pernah kalian dengar atau baca. "Membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis” oleh Stephen King atau “Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik” oleh Hernowo.

Nah, dari beberapa kutipan di atas, sudah tersurat bahwa seorang penulis yang baik tidak akan bisa lepas dari kegiatan membaca. Sebab, antara kegiatan membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan. Mereka terikat satu sama lain. Mereka adalah satu kesatuan.

Ketika ingin menjadi penulis, maka seorang penulis akan terus membaca. Sedangkan saat seseorang gemar membaca, dia mampu menjadi seorang penulis. Setiap orang mampu menulis, tapi tidak semua orang mampu menuangkan gagasan yang ada di pikirannya ke dalam sebuah tulisan. 

Jadi, membaca adalah alat untuk menuangkan gagasan yang ada di dalam pikiran manusia.

Dari membaca, akan ada banyak hal yang awalnya tidak diketahui akan diketahui. Banyak pandangan baru dan unik yang akan memperluas wawasan kita, khususnya seorang penulis. Itulah salah satu bekal yang harus seorang penulis kantongi untuk membuat sebuah tulisan yang baik.

Jadi, logikanya begini. Saat kamu ingin menceritakan tentang suatu tempat, bukankah kamu harus tahu seluk beluk dari suatu tempat itu? Nah, maka dari itu kamu harus menyelidiki tempat itu dengan mengunjunginya.

Lantas, bagaimana jika terkendala jarak atau biaya atau hal lainnya yang membuatmu tidak bisa mengunjunginya? Satu-satunya cara ya kamu harus membaca. Kamu harus rajin-rajin mencari referensi di berbagai tempat. Dari media berbasis web hingga media berbentuk buku.

Inilah yang menjadikan penulis besar mengharuskan setiap orang yang ingin menjadi seorang penulis wajib membaca buku. Bahkan, seorang penulis yang baik tidak akan bisa menulis tanpa membaca buku.

Masih ragu, mengapa seorang penulis diharuskan gemar membaca buku bahkan mencintai aktivitas bernama membaca buku?

Baiklah akan saya beri gambarannya lebih lanjut.

Pertama, untuk membuat tulisan yang baik, maka seorang penulis memerlukan rangkaian kalimat yang baik juga. Nah, untuk mendapatkan kalimat yang baik, maka dibutuhkan kosakata yang banyak. Kenapa kosa kata? Apa hubungannya dengan menulis? 

Tentu ada hubungannya. Semakin banyak kosakata yang diketahui, seorang penulis akan semakin lancar dalam menuliskan gagasan yang ada di dalam pikirannya.

Pernah dengar teman atau keluarga atau orang-orang berkata, "Aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata” saat mereka merasakan bahagia atau sedih atau bingung?

Pasti di antara kalian pernah mendengarnya atau bahkan sering mendengar kalimat itu. Orang-orang cenderung tidak bisa mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikiran mereka bukan karena tidak bisa, tapi karena mereka tidak menemukan atau lebih tepatnya tidak mempunyai kata-kata yang tepat untuk mengungkapkannya.

Dengan memperbanyak kosakata dari membaca, penulis tidak akan berhenti menuangkan gagasannya hanya karena tidak mempunyai kata-kata yang tepat untuk merangkai kata demi kata pada tulisannya.

Selain digunakan untuk mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang tepat, memperbanyak kosakata dan terbiasa dengan banyak kosakata, menjadikan seorang penulis tidak bingung dalam menggunakan kata yang tepat untuk dituangkan dalam tulisannya.

Kata yang tepat bagaimana maksudnya? 

Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah penggunaannya. Tidak salah penempatan. Seringkali, saya menemukan beberapa tulisan dari media yang saya baca, entah artikel atau esai atau buku.

Ada beberapa kata tidak tepat dalam penempatannya. Sehingga menyebabkan kalimat yang dibaca sedikit aneh dan membuat tidak nyaman saat dibaca.

Kedua, membaca membantu seorang penulis lebih fokus. Jadi, ketika pikiran sedang buntu, kalut atau tidak karuan, seorang penulis akan meluangkan waktu barang 10-20 menit untuk membaca bacaan yang ringan.

Sebab, dari meluangkan diri untuk membaca, penulis berkesempatan untuk menyegarkan pikirannya.

Biasanya, saya membaca kutipan favorit pada sebuah buku yang pernah saya baca untuk membuat pikiran saya rileks dan segar. Dari situ, saya bisa lebih fokus untuk melanjutkan kegiatan menulis ataupun kegiatan lain yang membutuhkan daya fokus.

Daya fokus selalu berhubungan dengan seorang penulis.

Disadari atau tidak, pikiran yang fokus adalah harapan setiap penulis. Karena, penulis membutuhkan daya fokus yang banyak untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Ini menjadi salah satu kendala saat seorang penulis tidak dapat menyelesaikan sebuah tulisan saat diberi tenggat waktu.

Ketiga, membaca membantu seorang penulis meliarkan pikiran dan membentuk pandangan baru. Karena dari membaca, penulis akan mendapatkan gambaran, yang untuk selanjutnya gambaran itu bisa dikembangkan.

Dari proses mengembangkan sebuah gambaran, seorang penulis akan menemui banyak pandangan baru. Karena, orang-orang cenderung lebih tertarik untuk membaca tulisan yang pada awalnya terlihat unik dan menarik, maka pandangan baru akan membentuk tulisan seorang penulis menjadi berbeda dari yang lainnya.

Saya teringat sebuah kalimat yang pernah di ucapkan dari seorang komika, Pandji Pragiwaksono. Kurang lebih kalimatnya seperti ini, “Dalam berkarya, lebih baik sedikit berbeda, daripada sedikit lebih baik.” Nah, kalimat itu juga termasuk dalam membuat sebuah tulisan.

Dulu, saat saya memutuskan untuk mulai menulis, saya belum banyak membaca. Namun, saya tetap menulis.

Sekarang, saat saya sudah mulai terbiasa dengan membaca, saya tetap menulis. Saya membandingkan tulisan saya saat belum sering membaca dan setelah banyak membaca. Memang ada beberapa perbedaannya. Dari segi penggunaan kata, ide pemikiran dan mudah tidaknya kalimat dipahami oleh pembaca.

Tulisan saya yang dulu terbatasi oleh pengetahuan saya. Bahkan, untuk berimajinasi pun saya tidak bisa seliar saat saya sudah banyak membaca.

Sedangkan tulisan saya yang sekarang lebih ekspresif. Saya tidak takut untuk menuliskan setiap gagasan liar dalam pikiran saya. Dari hal itu dapat disimpulkan, bahwa membaca sangat mempengaruhi sebuah tulisan berkembang atau tidak.

Nah, itulah mengapa seorang penulis sangat perlu rajin membaca. Banyak efek yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tulisan seorang penulis. 

Membaca membuat seorang penulis tidak takut menuangkan gagasannya dalam berbagai bentuk tulisan. Karena tulisan yang baik itu dibentuk.

Dibentuk dengan apa?

Dibentuk melalui membaca. Sederhananya begini, seorang penulis yang baik untuk membuat tulisan yang baik maka dia harus seorang pembaca yang baik. Seperti kutipan yang saya sematkan di awal paragraf tadi dan berbagai gambaran mengapa seorang penulis sangat perlu gemar membaca.

Itulah beberapa penjelasan dan gambaran, mengapa seorang penulis diharuskan untuk gemar membaca. Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun