Untuk menjadi pandai dalam hal ini juga perlu latihan. Tidak hanya sekali atau dua kali, tapi berkali-kali. Kapan harus berbasa-basi dan kapan harus langsung ke inti pembicaraan.
Semisal wawancara kerja. Di sini, ketika kita melakukan basa-basi yang seharusnya tidak digunakan, maka kita akan dinilai orang yang suka bertele-tele, tidak cepat tanggap dan sulit berkembang.
Berbeda lagi kalau kamu berkomunikasi dengan klien. Basa-basi sangat diperlukan -tapi sewajarnya saja- agar tidak terlihat kaku dan lebih nyaman. Dalam hal ini juga diperlukan memahami orang lain. Tak ada orang yang sama bukan? Paling mentok juga mirip. Orang-orang yang mempunyai saudara kembar saja beda, apalagi yang tidak kembar?
Berbasa-basi dengan orang lain itu juga harus memperhatikan waktu. Semisal, ketika kita berbincang dengan orang lain, kita harus tahu bahwa dia sedang terburu-buru atau tidak. Atau mungkin jadwalnya padat. Otomatis, kita tahu harus berbasa-basi atau langsung ke inti pembicaraan.
Nah, hal kedua yang perlu diperhatikan adalah mempertimbangkan subjek. Selain itu juga, basa-basi dalam berkomunikasi itu juga harus melihat siapa yang kita ajak berkomunikasi. Kita harus melihat bagaimana sifat orang itu ketika diajak berkomunikasi. Suka diajak basa-basi atau lebih suka langsung ke inti pembicaraan. Ketika kita mengajak bicara seorang petani dan seorang pengusaha tentu berbeda caranya.
Jangan langsung berbasa-basi sembarangan tanpa mempertimbangkan siapa dan bagaimana orang yang akan diajak berkomunikasi. Perlu diingat lagi, setiap manusia itu berbeda-beda.
Melanjutkan membahas basa-basi. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau berbasa-basi itu juga harus melihat siapa yang kita ajak bicara. Makanya perlu ilmu untuk memahami orang lain.
Memahami orang lain itu bukan tugas satu atau dua atau tiga atau empat atau lima orang saja. Namun, setiap orang yang ingin dipahami oleh orang lain juga harus mau dan mampu bahkan benar-benar menyadari untuk memahami orang lain terlebih dahulu.
Menurut saya, cara untuk memahami orang lain adalah dengan membiasakan diri memahami orang lain. Memang sulit jika kita tidak terbiasa untuk memahami orang lain.
Sebaliknya, jika kita terbiasa memahami orang lain, maka memahami orang lain itu akan menjadi lebih mudah dan kita tidak kesulitan menghadapinya.
Sebenarnya, tidak ada paksaan tertentu untuk kita memahami orang lain terlebih dahulu. Namun, bagi saya sendiri itu penting. Sebab dari memahami orang lain, kita belajar untuk memahami diri sendiri juga.