Mohon tunggu...
AKai_kun
AKai_kun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ana Krisdiasari

Hai disini AKai, code name dari Ana Krisdiasari..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma - Karya: Ana Krisdiasari

30 Maret 2021   10:00 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:03 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi orang itu yang dimaksud pencabut nyawa?"

"Katanya selain mengirim orang ke surga, dia juga membuat seni dari mayat kliennya untuk ditunjukkan kepada Dewa!"

"Apanya yang pencabut nyawa? Bukankah sama saja perbuatannya itu dengan pembunuhan?"

"Mana ada pembunuhan yang korbannya mati sukarela?"

"Ah, lalu kenapa kita yang jadi saksinya?"

'Ting, ting, ting'

Setelah dentingan sendok pada gelas di tangan Yugen berbunyi, semua tamu yang hadir mendadak terdiam, lalu dengan cekatan memakai topeng merah di tangan mereka.

"Mari kita mulai ritualnya!" suasana langsung terasa berat di ruangan megah itu, ruangan yang dulunya mungkin digunakan untuk acara-acara penuh canda tawa, sekarang akan menjadi altar berdarah yang dipimpin oleh keturunan dari neraka, Yugen Hiwaga ke 13. Pria itu memakai topeng yang terbuat dari tengkorak rusa putih berusia puluhan tahun, topeng warisan, ciri khas keluarga Hiwaga.

"Nyonya, jika Anda sudah yakin, raihlah tangan saya!" Yugen mengulurkan tangan yang diterima baik oleh wanita botak bergaun merah. Tanpa kata, pria itu mengangkat kliennya masuk ke dalam peti, sarung tangan merah ia sematkan melewati jemari kurus itu, sampai pada kaus kaki hitam yang awalnya melekat di kaki wanita itu Yugen pula yang melepaskannya. Masih dengan diam, ia menyuntikkan anestesi yang membuat wanita botak bergaun merah di dalam peti terlelap perlahan. Itu bagian awal ritualnya.

"Wahai engkau yang sedang menderita, yang meminta beristirahat dengan saya sebagai perantara, aku lepaskan nyawamu dari dunia, bersama para saksi yang menerima kepergian Anda, semoga akhir hidup di tangan saya memberi izin Anda diterima surga!"

Aku memang bukan pendeta, tapi harus menghafal doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun