“Alhamdulillah, Kyai. Sudah Kyai. Bagaimana Kyai? Bisakah saya ngobrol panjang dengan Kyai terkait kegundahan saya, Kyai?”
“Silahkan, nak Bedil. Saya sebagai ustad akan sebisa mungkin mengurus kegundahan umat. Insya Allah saya akan membantu. Ceritalah nak,” jawab Ustad itu dengan tenang dan ikhlas.
“Begini Kyai. Saya ini sangat kebingungan dengan suatu gerangan. Saya bingung dengan keberadaan saya di sini. Untuk apa saya harus ada di sini? Sebenarnya, apakah tujuan manusia seperti saya ini hidup, Kyai? Saya benar-benar bingung, Kyai. Saya tidak bisa menjawab semua itu. Tolonglah Kyai, beri saya pencerahan.”
“Subhanallah! Anak yang cerdas. Saya yakin kamu kelak akan menjadi anak yang berguna,nak. Begini nak, semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Kita hidup ini hanya sementara. Kelak, saya akan mati dan kamu pun juga akan mati. Maka, keberadaan kita di sini sebenarnya untuk beribadah kepada Allah. Beribadahlah kepada-Nya dan sujud syukur kepada-Nya. Ketika kita mati nanti, kita tidak akan meninggalkan harta benda, tetapi kita hanya akan meninggalkan amalan dan dosa selama kita hidup di dunia. Begitulah nak jalan hidup kita yang sesungguhnya.” Jawab Ustad Boni.
“Jadi, hidup kita ini untuk beribadah kepada Allah?”
“Ya nak. Itulah hakekat daripada hidup ini.”
“Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang kelaparan ketika kita fokus beribadah kepada Allah?”
“Nak, beribadah itu bukan sekadar sujud sembahyang atau berdzikir saja. Beribadah itu adalah menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Jadi, ketika kita berbuat jujur, kita beribadah kepada Allah. Ketika kita memberi makan orang-orang yang kelaparan, itu juga beribadah. Ketika kita berbuat baik terhadap sesama, itu pun juga beribadah. Semua yang wajib dianjurkan oleh Allah itu adalah ibadah dan ketika kita menjauhi larangan-Nya, itu juga beribadah.” Tersenyumlah si Ustad tersohor itu dengan lembut, seolah-olah menampakkan cahaya kharismanya di depan umatnya.
Mendengar siraman rohani dari Ustad Boni, Bedil terdiam sejenak. Terdiamlah Ia merenungkan apa yang dibicarakan oleh Ustad Boni dengan mata yang sayu. Merenunglah Bedil dalam diam dan diam…
“Hoy! Bagaimana nak Bedil? Kenapa diam?” kejut Ustad Boni.
“Ah tidak apa-apa Kyai. Saya hanya termenung dengan semua itu. Saya rasa cukup dengan siraman rohaninya Kyai. Terima kasih atas pencerahannya Kyai. Saya merasa sejuk dengan perkataan Kyai, rasanya seperti mandi di air terjun.”