"Assalamualaikum Bu Jelita!"
"Walaikumsalam nak Bedil!"
"Wah, gelang emas Bu Jelita cantik amat!" Rayuan Iblis Bedil mulai menghinggapi Bu Jelita.
"Wah, iya dong! Ini baru loh Ibu Beli di Toko Emas Corina. Bagus kan? Bagus dong! Ah ah ah," Geliat tawa Bu Jelita yang mengganggu telinga Bedil itu.
Bu Jelita memang orang yang paling senang dipuji hasil kekayaannya. Ia sangat senang kalau pernak-pernik emasnya dipuji oleh orang lain. Dengan begitu, Bu Jelita akan mudah bercerita banyak tentang berbagai hasil jerih payahnya, kesuksesan, ataupun juga besar hartanya. Entahlah Bedil memuji atau menjilat, yang jelas Bu Jelita terkesima akan sanjungannya.
"Bu, Bedil mau tanya, kok Ibu bisa ya sekaya ini? Sudah kaya, banyak perhiasannya lagi. Bedil ingin tahu loh Bu," Seru Bedil penasaran.
"Hoo begitu. Kuncinya itu mudah sekali nak, ya kerja keras tho!" jawab Bu Jelita sambil meninggikan dagu.
"Kalau begitu, hidup ibu untuk apa?"
"Hmm... Tumben sekali anak sekecil kamu nanya begitu. Bagi Ibu sendiri, hidup itu ya untuk bekerja keras. Kalau kamu sudah bekerja keras, kamu nanti sukses. Kalau kamu sukses, nanti kamu kaya. Kalau kamu sudah kaya, kamu bisa beli banyak harta. Nah, inilah hasil jerih payah saya nak," Cerita Ibu Jelita ke Bedil sambil menunjukkan pernak-pernik gelang emasnya.
"Hoo, begitu ya hidup. Lah terus kalau sudah banyak harta emang kenapa Bu?
"Ya kalau sudah banyak harta, tentu kamu akan senang. Ada rasa bangga ketika kamu memiliki banyak harta. Semakin banyak harta, semakin kamu senang. Nah, baru bisa tuh kamu pamerkan ke orang-orang di luar sana."