Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ada Apa dengan Perut Buncit?

30 Desember 2021   17:00 Diperbarui: 30 Desember 2021   17:07 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhir-akhir ini saya mulai kepikiran dengan sebuah kemajuan yang kualami. Hal yang membuatku terinspirasi untuk membuat tulisan ini. Kemajuan yang terasa kali setelah melewati usia kepala empat.

Yap! Kemajuan perut alias buncit. Hahaha.

Tulisan ini serius pakek predikat agak. Bukan tentang perut buncit yang katanya sebagai simbol kemakmuran. Bukan tentang katanya karena korupsi oleh orang-orang jahanamiah itu. Sori. Klo udah keingat manusia-manusia sampah itu, selalunya jadi emosional. Bawaannya jadi mau maki-maki. Lanjut ya. Bukan tentang katanya karena makan banyak barang haram atau makan dosa. Lha, gak sedikit juga kutengok para ulama atau orang soleh yang perutnya buncit. Masak perutnya buncit karena makan banyak pahala kan ya. Hehehe.

Jadi, kita mulai dari pertanyaan "Perutku koq jadi buncit begini ya?"

Penyebabnya cukup banyak. Sifatnya bisa jadi akumulatif atau kombinasi dari sejumlah faktor. Mulai dari faktor pola makan, gaya hidup, perubahan hormonal hingga faktor genetis.

1. Kalau makanan yang diasup melebihi energi yang dikeluarkan tubuh melalui berbagai aktivitas. Sehingga makanan tersebut disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak, terutama di bagian perut. Apalagi jika tubuh gak banyak gerak (biasanya orang yang kerja kantoran) dan malas berolahraga.

2. Manusia melalui beberapa fase perubahan hormonal yang signifikan, terutama dari segi seksual dan hal tersebut jelas sangat mempengaruhi bentuk dan atau fungsi organ-organ tubuh. Secara umum terjadi pada masa anak-anak (<20), muda (<40) dan pada masa tua (>40).

3. Terdapat sejumlah indikasi yang menunjukkan bahwa perut buncit dan atau badan gemuk karena faktor keturunan (genetis). Selain dari hasil berbagai penelitian ilmiah, seringkali aku membuktikannya di kehidupan sehari-hari. Bila anak-anaknya kulihat gemuk-gemuk, orangtuanyapun selalu begitu.

Perut yang membuncit belum tentu karena terjadinya kehamilan.

Oalah. Hahaha. Maksudku, belum tentu juga mengindasikan keberadaan suatu penyakit dan belum tentu juga berujung pada gangguan kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, hipertensi dan diabetes. 

Palingan jadi masalah estetik. Tapi entahlah, repot juga membahas sisi estetik ini. Toh banyak juga yang bilang klo pria atau wanita yang buncit malah jadi terlihat lebih seksi. Ada yang mau mengakuinnya? Hahaha.

Bagi teman-teman yang mempermasalahkan perut buncit ini (karena ada juga yang gak mempersoalkannya, dibawanya enjoy ajah atau malah dinikmatinyah), solusinya sangat mudah, sudah menjadi pengetahuan umum yang sangat jamak.

Gak kusampaikanpun melalui tulisan ini, sebenarnya teman-teman pastinya udah pada tau kan ya. Walau solusinya sangat mudah tetapi pengamalannya bisa jadi sangat berat sekali. Nah, ini. Hayo ngaku aja deh. Hehehe.

1. Jaga pola makan/diet yang sehat, yang seimbang.

2. Rutin berolahraga atau banyakin gerak badan. Seperlunya aja dong. Toh, klo kebanyakan gerakpun ya jadi masalah jugak kan ya.

3. Dibantu dengan asupan rutin suplemen herbal/jamu-jamuan. Ngeteh dan ngopi udah dibuktiin secara ilmiah bisa membantu mencegah kegemukan badan dan atau kebuncitan.

Jadi, pilihan ada di tangan teman-teman. Mau pilih pil merah atau pil biru. The choice is yours. Eh, sori. Kok ke Matrix pulak larinya. Maklumlah, baru nonton kemaren. Hehehe.

Mau pilih perut yang ngepak atau biarin aja perut maju dan pantat mundur kayak..., kayak siapa yaaa??? Hahaha.

[- Rahmad Agus Koto -]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun