Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Update Model Penularan Covid-19: Droplet Vs Airborne

8 Oktober 2020   12:27 Diperbarui: 8 Oktober 2020   12:33 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia dalam sembilan bulan terakhir, hingga yang terbaru, model penularan Covid-19 semakin jelas.

Informasi ini sangat penting bagi masyarakat umum, supaya bisa memahami latarbelakang protokol pencegahan yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan atau dengan sendirinya masyarakat bisa mencari caranya sendiri untuk menghindarkan dirinya dari paparan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Tetes cairan (droplet) yang ukurannya sangat halus, yang dilepaskan oleh orang yang positif terinfeksi adalah media penularan utama Covid-19. Media yang menjadi tunggangan atau sarana perpindahan virus dari satu inang (host) ke inang yang lain. Tetesan yang terlepas ke lingkungan di sekitarnya pada saat ia sedang batuk, bersin dan pada saat ia berbicara.

Proses terjadinya penularan, terutama saat orang yang positif berinteraksi langsung atau tubuhnya sangat berdekatan (close-contact) dengan orang yang rentan terpapar (susceptible). Dimana orang yang rentan tersebut tidak sengaja menghirup droplet yang mengandung virus, yang ukurannya sangat halus, sekitar 5 mikrometer, dan bisa mengambang di udara selama selama beberapa menit hingga beberapa jam.

Durasinya sangat bergantung kepada kondisi lingkungan. Mencakup kondisi tertutup atau terbukanya ruangan, tinggi rendahnya tekanan udara, derajat suhu dan derajat kelembaban.
Droplet halus yang mengambang bisa bertahan di udara selama beberapa jam di dalam ruangan yang tertutup, minim ventilasi udara, suhu yang rendah di bawah 27C, dengan kelembaban di atas 70%. Kondisi yang biasanya kita jumpai di perkantoran, restoran, kafe, swalayan atau minimarket. Sedangkan jarak penyebarannya bisa mencapai 10 sampai 15 meter dari titik sumbernya.

Itulah alasan utama mengapa kita sangat dihimbau untuk mengenakan masker dan menjaga jarak fisik dengan orang lain di ruang-ruang publik.

Droplet vs Airborne

Droplet halus yang membawa virus, yang mengambang, memang bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain melalui udara, tetapi dari sudut pandang ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi), setidak-tidaknya oleh WHO, droplet tersebut tidak dimasukkan ke dalam kategori airborne karena tingkat penyebarannya yang relatif sangat terbatas.

Cirikhas penularan melalu udara (airborne), yaitu agen penyebab penyakitnya yang mudah terbawa oleh aliran angin. Jarak penyebarannya bisa mencapai puluhan hingga ratusan meter. Durasinya di udara selama beberapa jam hingga berhari-hari. Media penyebarannya atau tunggangannya, berupa partikel debu yang kering dan droplet. Bisa juga tanpa media penyebaran, partikel agen penyakit itu sendiri yang langsung tersebar dalam bentuk sel atau spora.

Penyakit Anthrax yang disebabkan oleh bakteri Bacillus antracis dan Rubeola (measles/cacar) yang disebabkan oleh Measless morbillivirus adalah dua contoh jenis penyakit menular yang bersifat airborne.

Dengan demikian, bisa dipahami mengapa otoritas kesehatan umumnya tidak mengkategorikan Covid-19 sebagai penyakit menular yang bersifat airborne. Sekiranya ditetapkan sebagai airborne, implikasi atau konsekuensinya akan sangat luas sekali. Protokol pencegahan menjadi jauh lebih rumit. Ruang gerak publik menjadi jauh lebih sempit.

Informasi Tambahan

Potensi penularan melalui droplet kasar, yang berukuran lebih besar dari 100 mikrometer, yang terlihat oleh mata, sejauh ini masih berupa asumsi atau bersifat teoritis. Proses terjadinya penularan diasumsikan dengan droplet kasar yang mengandung virus, yang jatuh di permukaan benda-benda yang jadi media penularan seperti permukaan meja, gagang pintu, gadget dan sendok nasi (benda-benda ini disebut dengan fomites), dimana seseorang yang rentan menyentuhnya dengan tangan, yang kemudian mengusap wajahnya hingga droplet tersebut mencapai rongga hidung atau mulutnya.

Peluang terjadinya model penularan melalui droplet kasar ini relatif sangat kecil. Mengisyaratkan satu set peristiwa yang peluang terjadinya sangat kecil.

Berbeda halnya dengan penularan melalui droplet halus, sampai sekarang belum ada pembuktiannya yang terdokumentasi dengan baik.

Demikian juga penularan melalui makanan (foodborne), minuman (waterborne), melalui hewan domestik (zoonosis) dan terjadinya penularan melalui feses dan mata.

Bagaimanapun, tetap penting menjaga sanitasi atau higienitas publik dan personal, terutama mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah beraktivitas di dalam maupun diluar ruangan. Untuk menekan peluang terpapar agen-agen penyebab penyakit hingga mendekati titik nol.

Terimakasih sudah membaca. Semoga bermanfaat dan salam hangat...

(Rahmad Agus Koto/Praktisi Mikrobiologi).

#Covid19 #Pandemi #KenalidanHindariCovid19 #StaySafe #StayStrong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun