Berdalih bahwa tingkat kesadaran warganya sangat tinggi dan  sudah sangat dewasa untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri (Business Insider). Jumlah kasus dan tingkat kematiannya termasuk yang paling tinggi di benua Eropa. Berada di posisi 10 dari 48 negara.
Strategi 2. Dikendalikan dan Diantisipasi Secara Terus Menerus.
Mengendalikan dan mengantisipasi perkembangan kasus infeksi seketat-ketatnya melalui upaya-upaya pencegahan umum yang dilaksanakan secara tegas ala militer, berdasarkan protokol atau tata cara yang disusun oleh lembaga-lembaga kesehatan internasional dan nasional.
Dikendalikan dengan karantina wilayah (lockdown) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Diantisipasi dengan menyiapkan fasilitas dan tenaga kesehatan yang semaksimal mungkin, dibarengi dengan melakukan tes Covid-19 yang sebanyak-banyaknya.
Strategi yang relatif ekstrim ini diimpelementasikan secara terus menerus hingga vaksin telah ditemukan dan telah diaplikasikan kepada masyarakat secara massal, sampai mencapai sepertiga dari jumlah populasi.
Strategi ini adalah strategi yang terbaik, tetapi tidak realistis.
Hal ini dikarenakan terbatasnya sumberdaya perekonomian dan stok bahan pangan negara. Bahkan negara-negara yang paling majupun tidak sanggup memilih jalan yang terbaik ini.
Cina, Jepang, Korea dan Taiwan adalah contoh negara yang terbukti berhasil menerapkan cara ini, cara yang telah dilakukan mereka sedari awal terjadinya outbreak. Tetapi setelah lima bulan, mereka akhirnya menyerah juga.
Mereka perlahan-lahan mulai melonggarkan strategi pencegahannya dan akhirnya memilih strategi yang ketiga.
Negara maju saja tidak sanggup memilih jalan ini, apalagi negara kita ya?
Strategi 3. Sistem Buka-Tutup (Hybrid)