Sebagai manusia yang dianugerahi dengan akal, tentunya kita bisa mengendalikan sebagian dari peristiwa pandemi CoViD-19. Titik yang menentukan keselamatan badan dan kewarasan kita. Tahap yang menentukan apakah kita bisa survive, lolos dari seleksi alam yang sedang berlangsung atau tidak.
Langkah pertama adalah kita harus ikhlas menerima kenyataan pahit ini. Hati yang lapang akan diikuti oleh pemikiran yang lapang, otomatis jalannya kehidupanpun akan lapang.
Selanjutnya, kita melakukan apa yang bisa kita lakukan.
Pengobatan dan pencegahan tersebarnya wabah. Kita dukung sepenuhnya, kita bantu sebisanya, kita percayakan kepada para ahli pengobatan, kepada para ahli kesehatan, kepada para ahli mikrobiologi yang berada dimanapun di dunia ini, dan kepada tim-tim khusus pemerintah untuk mengatasi virus dan dampak negatif yang diakibatkannya. Kita doakan supaya tugas-tugas mereka sukses, berjalan lancar dan cepat.
Sementara itu, kita mengikuti arahan mereka supaya kita terhindar dari wabah. Menjaga kebersihan pribadi, mengenakan masker dan menjaga jarak dengan orang lain jika memang terpaksa harus ke luar ruangan misalnya untuk mencari makanan dan minuman untuk keluarga, menjaga keseimbangan asupan pangan dan sebagainya.
Bersyukurlah, keadaan kita masyarakat biasa ini, masih jauh lebih lapang daripada keadaan saudara-saudari kita yang sedang berjuang langsung di lapangan, yang langsung mempertaruhkan nyawanya, yang terpaksa mengisolasi diri dari keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Bagi saudara-saudari yang sedang berjuang di lapangan, bersyukurlah, karena pekerjaan yang sedang kalian kerjakan sungguh sangat mulia, pahalanya sungguh sangat besar sekali. Kalian sedang memperoleh kesempatan emas yang cukup langka untuk memperoleh pahala jihad.
Dengan demikian, kewarasan dan keselamatan badan kita semua akan terjaga.
Sebagaimana pandemi-pandemi terdahulu, krisis kesehatan ini pasti berlalu. Yang jadi persoalan utama adalah apa yang kita lakukan, peranan apa yang kita mainkan dan bagaimana keadaan kita ketika dan setelah masa ini berlalu.
Terakhir, setelah kita berusaha semaksimal mungkin, kita serahkan semuanya kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Takdir hidup dan mati kita berada dalam genggaman-Nya. Takdir yang terjadi berdasarkan keadilan, kasih dan sayang-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H