Sebelum kita membahas cara memproduksi antiseptik herbal, baiklah kita uraikan terlebih dahulu sedikit mengenai efek antimikrobanya secara ilmiah.
Bukan berdasarkan jargon “dipercaya”, daun sirih dan bawang putih sudah cukup lama dibuktikan di laboratorium memiliki fitur antimikroba. Saya sendiri pernah menyaksikannya langsung saat praktek mata kuliah mikrobiologi sekitar dua dekade yang lalu melalui metode difusi cakram, teknik mikrobiologis yang sederhana.
Media pertumbuhan agar (nutrient agar) yang telah dicampur merata dengan kultur mikroba diletakkan dalam petri dish, kemudian di permukaannya diletakkan kertas berbentuk cakram yang sebelumnya telah direndam dengan zat atau larutan yang hendak diuji. Diinkubasikan selama satu hari.
Jika zat tersebut memiliki fitur antimikroba, akan terbentuk zona halo, yaitu zona bening yang terlihat jelas di sekeliling cakram seperti yang terlihat pada gambar. Hal tersebut menunjukkan bahwa di zona tersebut mikroba dalam media pertumbuhan agar, tidak dapat tumbuh dan berkembang biak (Science Direct).
Sudah jamak kita ketahui bahwa di masa pandemi Covid-19 ini, antiseptik atau hand sanitizer yang praktis dipakai menjadi barang yang sulit ditemukan dipasaran, selain harganya yang melambung tinggi.
Keadaan ini secara tidak langsung memaksa kita untuk mencari alternatif dan bisa kita produksi sendiri di dapur masing-masing kita.
Disini saya sengaja memilih daun sirih, karena aromanya segar, tidak berbau tajam dan aman untuk kulit. Kandungan aktifnya terdiri dari senyawa kimia monoterpenes, sesquiterpensnes, alkohol, aldehydes dan phenols.
Bahan-bahan yang diperlukan:
Segenggam daun sirih segar (~150 gram) sebagai bahan aktif.
Dua buah jeruk nipis (~20 gram).
Sehelai daun lidah buaya (~50 gram).
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan lidah buaya (Aloe vera) ditambahkan dalam formula untuk membantu efektivitas bahan aktif dan kenyamanan pemakaian.
Sebagai formula alternatif, bisa ditambahkan beberapa gram potongan kecil kayu manis (Cinnamomum aromaticum). Bisa juga ditambah dengan ekstrak bawang putih, namun aroma hasil akhirnya sangat tajam dan tidak menyenangkan.
Proses produksi:
Daun sirih yang telah dipotong-potong kecil dididihkan dalam satu liter air bersih, dibiarkan selama 10 menit, kemudian disaring. Daging daun lidah buaya dikerok, ditumbuk atau diblender. Larutan ekstrak daun sirih yang masih panas dicampur dengan daging lidah buaya dan air perasan jeruk nipis, diaduk merata.
Larutan antiseptik herbal ini diletakkan dalam wadah botol semprotan atau disesuaikan dengan keperluan masing-masing. Disemprot atau dioleskan pada bagian-bagian tubuh yang kita inginkan pada saat kita memerlukannya.
Proses produksinya cepat dengan bahan-bahan yang sederhana, namun cukup efektif mencegah kita terkontaminasi mikroba patogen.
Semoga bermanfaat. Terima kasih telah membaca. Salam hangat.
[-Rahmad Agus Koto/Praktisi Mikrobiologi-]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H