Dalam satu dekade terakhir, industri nata de coco Indonesia adalah salah satu industri makanan/minuman yang cukup sering menjadi korban fitnah.Â
Fitnah yang sejauh ini diketahui dilakukan oleh orang-orang awam yang samasekali tidak mengetahui tentang apa dan bagaimana terbetuknya nata de coco. Diantaranya yaitu isu pengoplosan pupuk tanaman, pencampuran hidrogen peroksida dan penambahan zat kimia berbahaya untuk menggumpalkan air kelapa menjadi nata de coco.
Fitnah yang terbaru yaitu bahan nata de coco disebut seperti plastik dan kertas yang tidak bisa dicerna dan bisa membahayakan kesehatan, khususnya bagi anak-anak yang banyak menyukai makanan ini. Viral di grup-grup medsos melalui video yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga para pemerhati nata de coco menjadi resah dan gerah.
Saya sendiri sempat emosional ketika pertama kali menyaksikan video tersebut. Namun akhirnya bisa menenangkan diri dan berdiskusi bersama rekan-rekan pemangku nata de coco untuk menyikapi hal ini. Menghasilkan sebuah pernyataan resmi dari Gabungan Pengusaha Nata De Coco Indonesia (GAPNI).
SURAT PERNYATAAN RESMI GABUNGAN PENGUSAHA NATA DE COCO INDONESIA (GAPNI)
Menyikapi beredarnya video singkat dalam satu minggu terakhir yang telah menyudutkan (lagi) industri nata de coco Indonesia, yang menyebutkan bahwa nata de coco berbahaya bagi anak-anak karena menyerupai plastik atau kertas sehingga tidak bisa dicerna, kami merasa perlu menyampaikan sikap dan penjelasan tentang hal ini.
- Benar bahwa nata de coco tidak dapat dicerna oleh manusia, karena bahan pembentuknya adalah serat selulosa. Serat selulosa yang sama persis dengan selulosa dalam sayur-sayuran atau buah-buahan. Bedanya, selulosa nata de coco dibentuk oleh bakteri pangan melalui proses fermentasi air kelapa, sedangkan selulosa sayur dan buah dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan. Serat selulosa bermanfaat untuk membantu melancarkan sistem pencernaan manusia, bahkan ada penelitiah ilmiah yang menduga serat selulosa bisa mencegah terjadinya kanker usus. Oleh karena itu, alih-alih berbahaya, mengkonsumsi nata de coco secara rutin/harian, justru baik bagi anak-anak maupun bagi orang dewasa, khususnya bagi yang jarang mengkonsumsi atau tidak menyukai sayur-sayuran.
- Potongan nata dadu basah yang diperas dengan cara menjepitnya hingga bentuknya menjadi tipis seperti kertas, karakteristik fisiknya akan berubah drastis dari lembut kenyal bisa digigit putus menjadi sangat liat, sangat sulit untuk disobek. Hal ini bisa dianalogikan seperti kekuatan sebatang lidi dengan sejumlah lidi yang disatukan dan dijadikan sebagai sapu untuk membersihkan halaman.
- Kami menyadari bahwa cukup sering terjadinya kesalahpahaman masyarakat yang awam mengenai nata de coco, sedikit banyaknya juga menjadi tanggungjawab kami, khususnya para peneliti, para petani nata de coco lembaran dan para pengusaha nata de coco olahan. Oleh karena itu, kami tetap terus berupaya untuk mengedukasi masyarakat dan menjalin kerjasama dengan instansi-instansi pemerintahan terkait.
- Kami mengharapkan, para pelaku maupun penyebar video tersebut untuk meminta maaf kepada pemangku nata de coco Indonesia dan menghapusnya dari media-media sosial. Kami memutuskan, tidak membawa kasus ini ke ranah hukum.
Demikianlah surat pernyataan resmi ini kami buat. Semoga bermanfaat. Terimakasih.
Jakarta, 22 November 2019.
Divisi Pendidikan dan Litbang GAPNI Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Rahmad Agus Koto, S.Si.
Mengapa sering menjadi korban fitnah?
Sulit sekali memberikan jawaban yang kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan. Ada yang menduga-duga bahwa hal ini adalah bagian dari konspirasi bisnis-politik untuk melemahkan perekonomian Indonesia. Namun dugaan ini sepertinya terlalu mentah, kecil sekali kemungkinannya.
FYI. Nilai bisnis produk fermentasi air kelapa ini mencapai Rp. 1,8 Trilyun/tahun dan menyerap sekitar 100-200 ribu orang tenaga kerja yang sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah di seluruh wilayah negara kita.
Sejumlah sumber yang terpercaya menceritakan langsung kepada saya bahwa isu-isu tersebut digunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memeras petani dan pengusaha nata de coco. Sepengamatan saya selama hampir dua dekade bergerak di bidang ini, kemungkinan besar terutama disebabkan oleh masih rendahnya pengetahuan masyarakat umum mengenai nata de coco.
Semoga ke depannya, berita-berita miring yang menerpa industri yang nilainya cukup signifikan ini semakin sedikit atau jika memungkinkan tidak akan pernah terjadi lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H