~ Nelson Mandella.
"Saya yakin bahwa dengan alasan yang praktis dan juga moral, perjuangan tanpa kekerasan adalah satu-satunya jalan kemerdekaan bagi rakyatku."
~ Martin Luther King, Jr.
Satyagraha bersifat universal, penerapannya berlaku dalam setiap situasi dan kondisi politik yang bagaimanapun. Prinsip Satygraha yang diterapkan Prabowo bisa kita ketahui dan pahami melalui dua kata kunci, sabar dan simpati.
Prabowo bersabar ketika beliau dikhianati dalam "Perjanjian Batu Tulis" yang dituliskan pada tahun 2009, dimana dalam perjanjian itu disepakati bahwa Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.
Alih-alih menjadi dendam dan memusuhi, beliau tetap menjaga persahabatannya dengan Megawati. Hal ini diantaranya terbukti dari kemesraan mereka saat wefi sebelum Debat Pertama Pilpres 2019 berlangsung.
Demikian juga terhadap Jokowi.
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Prabowo sangat mendukung penuh pencagubannya di Jakarta pada tahun 2012. Dana yang disumbangkannya tidak sedikit dan seluruh kekuatan jaringan politiknya dikerahkan semaksimal mungkin dengan harapan Jokowi nantinya akan menjalankan amanah dengan baik dan menuntaskan masa jabatannya. Tetapi apa yang terjadi?
Megawati dan Jokowi berkolaborasi mengkhianati Prabowo.
Pengaruh Anies Baswedan sangat signifikan dalam membantu memenangkan Jokowi dalam Piplres 2014. Setelah tenaga beliau tidak dipakai oleh Jokowi lagi, Prabowo tidak membencinya dan dengan senang hati menerima dan mendukungnya secara penuh sebagai Gubernur Jakarta.
Jika kita perhatikan secara seksama, khususnya menjelang semakin dekatnya Hari H Pilpres 2019 ini, beliau tidak ada menyerang Jokowi secara agresif dan frontal, bukan?