Catatan:
1. Data di atas adalah gambaran umum betapa besarnya jumlah penduduk dunia berbelanja yang dimotivasi oleh rekreasi, bukan atas kebutuhan hidup yang sifatnya penting dan mendesak.
2. Data tersebut, tidak mewakili jumlah penderita Oniomania yang sebenarnya.
3. Saya tidak memperoleh data yang terbaru, namun bisa dijadikan sebagai acuan betapa banyaknya penderita Oniomania. Apalagi di era medsos yang berkelindan dengan kebiasaan berbelanja secara online.
Dalam satu dekade terakhir, nafsu belanja itupun menemukan surganya di pasar online atas segala kemudahannya dalam mencari informasi produk-produk komersil, perbandingan harga-harga dan kecepatan proses belanja yang ditawarkannya.
Oniomania disebabkan oleh faktor psikologis berupa rasa tidak percaya diri, di mana dengan belanja barang-barang tertentu membuat ia merasa status sosialnya meningkat.
Ketidakpercayaan dirinya itu juga membuatnya rentan menjadi korban iklan komersil, apalagi oleh iklan-iklan kreatif yang pandai mengeksploitasi nafsu belanja.
Selain itu, sebagai sarana untuk "melarikan diri" dari rasa stres atau depresi yang diakibatkan oleh berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya.
Dengan berbelanja online, hormon-hormon yang menimbulkan perasaan bergairah dan bergembira seperti dopamin dan endorfin pun dipompa dalam jumlah relatif besar ke dalam sistem peredaran darah.
Jika yang bersangkutan tidak dapat mengendalikannya, maka hal itu akan menjadi kebiasaanya, membuatnya kecanduan.
Berikut ini beberapa ciri-ciri penderita Oniomania: