Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pakaian Masa Depan dari "Nata De Coco"

8 Oktober 2015   12:10 Diperbarui: 29 Oktober 2015   19:58 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Umumnya, selama ini kita mengenakan pakaian yang komposisinya sebagian besar terbuat dari serat selulosa yang diperoleh dari pohon-pohon kapas. Nah, bayangkan jika kita sudah bisa membuat pakaian dari bahan selulosa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (selulosa mikrobial) di dalam ruangan.

  • Menghemat waktu, tidak perlu menunggu pohon-pohon kapas tumbuh sekian tahun hingga menghasilkan kapas.
  • Menghemat secara signifikan lahan-lahan produksi pohon-pohon kapas, yang sedikit banyaknya akan mengurangi peralihan fungsi hutan menjadi hutan produksi, dus ramah terhadap lingkungan.

Suzanne Lee, adalah seorang fashion designer yang berasal dari London, yang sangat konsen dengan "bayangan" di atas. Lee mendirikan Biocouture untuk mewujudkan bayangannya itu, lembaga konsultan desain biokreatif yang pertama di dunia. Ide Biocouture diawali dari proyek akademiknya, Fashioning The Future: tomorrow’s wardrobe, pada tahun 2004 (Next Nature). Atas ide dasar Biocouture-nya itu Lee memperoleh penghargaan dari Time, penemuannya dimasukkan ke dalam The 50 Best Inventions of 2010.

Selanjutnya Lee mendirikan Biofabricate pada tahun 20114, even konferensi tahunan lembaga, komunitas dan atau orang orang yang berminat terhadap material baru yang sangat ramah lingkungan, material yang diciptakan via mikroorganisme, jamur dan sel-sel hewan di dalam "laboratorium". Sekedar info, pertemuan kedua akan diadakan tanggal 22 bulan ini di New York.

Terkait hal ini, saya juga menemukan "alat tenun" selulosa mikrobial yang diciptakan oleh Naja Ryde Ankarfeldt, yang disebutnya dengan "Microbial Skin Grower". Alat ini sifatnya prototype dan hanya untuk demonstrasi (Breathing Thing).

 

 

Hingga kini, realisasi "bayangan" ini di dalam kehidupan sehari hari masih bayangan, karena adanya kendala teknis dari sudut pandang bisnis yaitu pengolahan selulosa mikrobial yang efektif dan efisien hingga karakteristiknya bisa memenuhi parameter-parameter yang diinginkan oleh dunia bisnis (kualitas), serta belum ditemukannya proses produksi yang maksimal, dengan bahan yang murah dan melimpah (kuantitas).

Sementara itu, saya sendiri sudah mempelajari selulosa mikrobial semenjak tahun 1999, saat masih kuliah di Dept. Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Dari ratusan referensi-referensi yang telah saya pelajari, saya yakin bayangan-bayangan (impian) terkait aplikasi dari selulosa mikrobial ini (silahkan baca di artikel-artikel yang saya taukan) akan terealisasi di dalam kehidupan masyarakat sehari hari secara luas dalam satu atau dua dekade ke depan.

Btw, saat ini saya sedang mengerjakan rancangan pendirian pabrik produksi Biomasker Kosmetika dari bahan air kelapa (nata de coco). Jika ada teman-teman pembaca yang hendak diskusi terkait Biomasker ini atau terkait selulosa mikrobial, silahkan menghubungi saya di Halaman Facebook ini, "Microbial Cellulose Research, Production, Training and Consultant". Thanks.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun