Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Global Resistensi Antibiotik

14 Juni 2015   07:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Jutaan orang akan meninggal akibat penyakit yang untuk saat ini relatif mudah disembuhkan, proses kelahiran bayi menjadi lebih beresiko, biaya kesehatan akan meningkat drastis. Pada tahun 2050, ekonomi dunia akan rugi sebesar 100 Trillion USD, dan sekitar 10 juta kematian tambahan, jika permasalahan resistensi ini tidak segera diatasi.

Prof. Dr. Brad Spellberg, Chief Medical Officer Los Angeles County University of Southern California adalah salah satu peneliti dunia terkemuka yang bergerak di bidang pengendalian resistensi mikroorganisme. Beliau menyebutkan bahwa jika resistensi ini terus menyebar, dunia kita akan kembali kepada zaman kegelapan medis.

Ya, permasalahan resistensi mikroorganisme ini adalah permasalahan yang sangat serius, saat ini telah menjadi ancaman global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menjadikan topik ini sebagai salah satu pembahasan utama dalam konferensi global tahunan WHO, “Sixty-eighth World Health Assembly”, yang dilaksanakan bulan yang lalu (18–26 May 2015) di Jenewa Swiss, dalam rangka merumuskan rencana aksi global untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu

  1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap resistensi antimikroba
  2. Meningkatkan pengawadan dan penelitian
  3. Mengurangi terjadinya kasus infeksi
  4. Optimalisasi penggunaan obat-obat antibiotik
  5. Memastikan investasi berkelanjutan untuk pengendalian resistensi antimikroba .

Terkait hal ini Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek telah membuat peraturan dalam rangka Pengendalian Resistensi Antimikroba Di Rumah Sakit, PERMEN MENKES RI No 8 Tahun 2015, yang pada dasarnya sama dengan aksi global yang dirumuskan WHO.

Seperti biasa, di balik kabar buruk selalu ada kabar baiknya. Tantangan berat ini telah melahirkan inovasi-inovasi baru. Cukup banyak penelitian-penelitian mutakhir untuk mengatasi permasalahan ini, berupa antibiotik-antibiotik baru yang relatif lebih efektif dan efisien serta meminimalisasi terjadinya resistensi.

Selain itu ada juga penemuan-penemuan peralatan diagnostik baru yang jauh lebih praktis, lebih baik dan lebih cepat, untuk mengetahui kapan antibiotik dibutuhkan, dan jenis antibiotik mana yang digunakan jika memang diperlukan. Misalnya peralatan diagnostik yang tercipta dari kompetisi yang diadakan oleh Longitude Prize.

Kompetisi yang masih berlangsung ini khusus bertujuan untuk mencari solusi untuk mengatasi resistensi antibiotik global dengan hadiah sebesar 10 Juta USD. Jika ada diantara teman-teman pembaca yang berminat mengikutinya, silahkan mendaftarkan diri di link ini, “Longitude Prize

Oke, apa yang menyebabkan mikroba jadi resisten (kebal) terhadap antibiotik yang ada saat ini?

Cara Kerja Antibiotik

Antibiotik bekerja melalui lima mekanisme yaitu menghambat pembentukan dinding sel mikroba (mis. Penisilin), menghancurkan membran sel (Polimiksin), menghambat pembentukan protein dalam sel mikroba (Tetrasiklin), menghambat reaksi metabolisme (Antimetabolit) dalam sel mikroorganisme (Sulfonilamid) dan menghambat pembentukan asam nukleat (Metronidazol).

Mikroba adalah mahluk hidup yang memiliki daya survive dan kemampuan adaptif yang sangat tinggi terhadap perubahan lingkungan, relatif dengan mahluk hidup lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun