Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nikmatnya Berbeda Pendapat

23 Desember 2013   17:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:34 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita cukup beruntung hidup di Indonesia dengan alam demokrasi yang relatif cukup baik, jika dibandingkan misalnya dengan Korea Utara. Salah satu keberuntungan itu adalah kebebasan kita mengemukakan pendapat di depan umum, yang merupakan hasil dari proses reformasi yang telah dan sedang kita jalankan.

Sudah umum kita ketahui bahwa hari demi hari, media massa online maupun offline dipenuhi oleh berbagai pendapat, opini atau kritikan-kritikan yang ringan hingga kritikan yang sangat keras. Bukan hanya kepada pemerintah, dari pemerintah kepada kita, dan juga kepada sesama kita, rakyat biasa.

Misalnya dalam kasus yang masih hangat, yaitu Program Kondom yang diadakan oleh Menteri Kesehatan, dan contoh-contoh yang lain, yang rasanya terlalu banyak untuk disebutkan.

Setiap manusia memiliki pola atau cara berpikir yang berbeda-beda. Keanekaragaman yang terbentuk dari karakter biologis yang ia terima dari “alam”, dari pola pendidikan orangtuanya, dari orang-orang di sekitarnya, dan dari lingkungan sosial budaya dimana ia tumbuh dan berkembang.

Jadi sangat wajar, bersifat alamiah dan manusiawi apabila setiap orang memiliki pendapat tersendiri mengenai suatu hal, terlepas dari pendapat siapa yang paling salah, salah, benar dan paling benar. Perbedaan yang selalu kita temui di dalam kehidupan sehari-hari.

Perbedaan itu adalah rahmat, karena dengan demikian kita bisa memperoleh berbagai sudut pandang, sehingga kita bisa lebih memahami topik yang sedang dibahas, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Meskipun kita diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, tentunya kebebasan itu bukanlah kebebasan mutlak, karena kita hidup di lingkungan sosial yang memiliki norma-norma dan berbagai peraturan atau hukum yang sengaja dibuat untuk mengendalikan masyarakat supaya tidak terjatuh ke dalam kekacauan.

Silahkan mengemukakan pendapat berdasarkan pola pikir kita sendiri. Pendapat yang dilatarbelakangi suku, agama, ras, golongan, latar belakang pendidikan, profesi dan sebagainya.

Yang tidak bisa dibiarkan adalah orang-orang yang mencaci maki, mengolok-olok, menghujat, menghina orang-orang yang memiliki pendapat yang berbeda, orang-orang yang memaksakan pendapatnya kepada orang lain dengan cara-cara yang tidak bermoral apalagi dengan kekerasan.

Sekiranya kita berkeyakinan bahwa pendapat kita adalah yang benar dan pendapat yang lain salah, jelaskanlah, juallah, publikasikanlah, pendapat kita tersebut dengan baik, argumentatif, beretika, bermoral, mengikuti norma-norma sosial budaya dan hukum yang berlaku.

Satu hal yang sangat penting untuk selalu diingat saat berdiskusi atau berdebat adalah sangat memperhatikan kesiapan kondisi fisik dan psikologis, khususnya dalam diskusi dengan topik yang relatif berat dan sensitif. Karena dalam kondisi fisik dan psikologis yang tidak baik, manusia cenderung mengumbar nafsu amarah.

Kemarahan yang akan mengganggu konsentrasi, mengacaukan argumen yang diberikan sehingga sangat sulit dipahami oleh teman diskusi, rentan menimbulkan rasa tidak suka atau bahkan permusuhan, membuatnya condong menyerang orangnya daripada pendapatnya.

Hal ini pernah saya alami sendiri baru-baru ini di Kompasiana, yang membuat saya merasa harus memberikan pernyataan maaf secara terbuka.

Sampai disini, saya memahami benar bahwa perbedaan pendapat itu adalah rahmat, suatu kenikmatan tersendiri.

Salam Hangat Sahabat Kompasianers...

[-Rahmad Agus Koto-]

Artikel Terkait

Ciri-ciri Perdebatan yang Sia-sia

Saya Senang Ada Perseteruan di Kompasiana

Sangat Merindukan Teman Debat yang Begini di Kompasiana

Permohonan Maaf Rahmad Agus Koto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun