Beberapa tahun yang lalu saya pernah berdiskusi dengan Guru Besar Biologi Universitas Sumatera Utara, Bapak Dwi Suryanto mengenai siklus dan keseimbangan energi dalam Sistem Biosfer (jaringan interkoneksi ekosistem bumi, tempat dimana mahluk hidup bisa hidup dan berkembang biak).
Dari diskusi tersebut saya menyimpulkan bahwa Sistem Biosfer akan berjalan normal, seimbang dan mendukung kehidupan di bumi dengan baik selama siklus energi berjalan lancar. Dengan kata lain, dari sudut pandang biologis, mahluk hidup di bumi bergantung kepada keadaan Sistem Biosfer.
Masalah akan muncul apabila siklus energi tersebut terganggu, apabila energi menumpuk di pool-pool energi. Sebagai contoh sederhana, jumlah predator (pemangsa) lebih banyak daripada yang dimangsa, energi tersebut numpuk (pool) di populasi predator, apabila keadaan ini terus berlanjut maka ekosistem akan terganggu dan seterusnya dapat mengganggu Sistem Biosfer
Energi dalam Bentuk Harta Kekayan Manusia
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk (transformasi). Demikian jualah harta kekayaan manusia, yang merupakan sebentuk energi.
Harta kekayaaan tersebut berupa uang, emas, berlian, dan benda-benda berharga lainnya. Siklus ini terutama berjalan melalui sistem perdagangan. Apabila siklus perputarannya tidak berjalan dengan baik, atau banyak yang menumpuk di sebagian kecil populasi manusia misalnya di beberapa negeri di Benua Eropa, maka siklus perekonomian dunia akan terganggu yang lebih lanjut berdampak kepada ranah sosial dan kebudayaan.
Saat ini sistem perekonomian yang mendominasi dunia adalah Sistem Kapitalisme Liberalis yang sudah berlangsung ratusan tahun, terutama semenjak terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada Abad ke 17 Masehi.
Kita sudah menyaksikan sendiri betapa tidak efektif dan efisiennya sistem ini. Eksploitasi komponen Sistem Biosfer yang tidak terkendali, harta kekayaan menumpuk pada sebagian kecil populasi manusia, perbedaan kepemilikan harta terlalu signifikan. Ketidakseimbangan ini telah berdampak negatif kepada kesejahteraan sosial dan kebudayaan manusia. Salah satu cara untuk melancarkan kembali siklus energi perekonomian ini adalah melalui Zakat dan Sedekah.
Zakat dan Sedekah Untuk Keseimbangan Sistem Biosfer
Zakat dan sedekah merupakan media yang sangat efektif untuk mendistribusikan atau memutar kembali siklus energi tersebut dengan cepat dan efektif, relatif dengan sistem perdagangan. Dari tulisan Mbak Ira Oemar, Berkah Ramadhan dan Distribusi Uang Lebaran, kita dapat memahami secara lebih mendetail bagaimana proses aktivasi percepatan siklus energi tersebut berlangsung, terlebih lagi metode pendistribusian ini berlangsung secara teratur sehingga pengelolaannya (sistem manajemen) dapat lebih mudah dilakukan.
Pada tahun 2001 Pemerintah kita telah membentuk Lembaga Zakat Nasional, lembaga resmi non struktural. Saya mengamati bahwa kinerja lembaga ini cukup baik namun sayangnya belum dikelola secara maksimal, hal ini terlihat dari belum seriusnya pemerintah menjadikan lembaga ini sebagai basis yang dapat menopang perekonomian negara, selain itu sumberdaya manusia yang realtif sedikit serta jangkauannya yang yang belum luas.
Hal ini terungkap saat diskusi, setelah membayar zakat saya dan keluarga, dengan amil zakat di Mesjid Nurul Iman Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, dan memang sesuai dengan informasi yang saya peroleh melalui situs resmi Baznas www.baznas.or.id
Saya pribadi sangat menyarankan untuk memberikan segala bentuk zakat, sedekah, hibah dan lain-lain melalui lembaga resmi ini, selain lembaga-lembaga swasta lainnnya. Insyaallah dapat dipercaya, bebas dari korupsi dan dikelola secara profesional. Saat ini Baznas diketuai oleh KH Didin Hafidhuddin.
Semoga pemerintah sesegera mungkin menyadari dan mendayagunakan potensi kekuatan ekonomi yang sangat besar dibalik ibadah tahunan ini semaksimalnya, untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum secara signifikan, cepat dan efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H