Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Teori Konspirasi Antivaksin Dipatahkan Campak yang Sedang Mewabah di Amerika

8 Februari 2015   07:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:36 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori konspirasi antivaksin ini sudah lama sekali saya ketahui, semenjak saya masih kuliah di Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara belasan tahun yang lalu. Bahkan samar diingatan, sudah pernah saya dengar ketika masih duduk di bangku SMP.

Teori yang secara umum mengatakan bahwa vaksin digunakan untuk melemahkan tubuh generasi suatu kaum atau negara, sehingga negara itu bisa dikuasai dengan mudah. Teori yang lebih ekstrim lagi mengatakan digunakan untuk membunuh sebagian populasi manusia di dunia dalam rangka memperlambat laju pertumbuhan manusia demi kelanggengan suatu ras manusia.

Teori yang intens disebarkan dan diwariskan kepada generasi-generasi muda oleh kelompok-kelompok tertentu. Saya enggan menautkan sumber-sumbernya disini, jika mau silahkan teman-teman googling dengan kata kunci "vaksin melemahkan manusia").

Hampir seluruh teori itu mengarahkan tuduhannya kepada Yahudi-Amerika.

Sekarang, Penyakit Campak (istilah medisnya Rubeola) sedang mewabah di Amerika. Hingga saat ini telah menelan 102 korban di 14 Negara Bagian Amerika. Sebagian besar korban tersebut sebelumnya tidak pernah memperoleh vaksinasi (Live Science).

Sebagai informasi tambahan, WHO mempublikasikan bahwa Campak sebagai salah satu faktor utama penyebab kematian anak-anak di dunia. Di tahun 2013, tercatat 145.700 korban meninggal dunia, kira-kira 400 kematian per hari atau 16 kematian setiap jam (WHO).

Berdasarkan peristiwa wabah campak yang sedang terjadi di Amerika ini, bisa digunakan untuk membantah teori konspirasi antivaksin bahwa Program Immunisasi sengaja dilakukan oleh Amerika untuk tujuan negatif.

Secara logika, tidak masuk akal Amerika melemahkan atau membunuh warga negaranya sendiri, satu negara yang dikenal cukup ketat melindungi hak-hak hidup warganya.

Peristiwa ini juga menjadi tambahan informasi bahwa immunisasi terbukti memberikan manfaat yang sangat signifikan bagi kesehatan masyarakat (sekitar 90% yang diberi vaksin campak terbebas dari penyakit campak).

Sebelumnya, kampanye immunisasi WHO selama tahun 2000 hingga 2013, telah berhasil mencegah 15,6 juta kematian. Korban meninggal akibat penyakit campak menurun dari 544.200 (2000) menjadi 145.700 (2013).

Semoga Instansi Pemerintah, LSM, dan "kita-kita" yang khususnya mengetahui cara kerja dan manfaat vaksinasi ini tetap memberikan perhatian dan atau meningkatkan kampanye vaksinasi, untuk mengedukasi masyarakat yang awam terhadap hal ini, sekaligus menekan penyebaran teori antivaksinasi yang bisa dikatakan menyesatkan itu.

Saya pernah membuat artikel mengenai cara kerja dan manfaat immunisasi, sengaja saya copaskan di akhir artikel ini.

Semoga bermanfaat.

Salam Hangat Sahabat Kompasianers

[-Rahmad Agus Koto-]

CARA KERJA SISTEM IMMUN DAN IMMUNISASI (VAKSINASI)

Prihatin juga melihat seorang ibu yang kebingungan apakah akan mengimunisasi anaknya atau tidak. Seorang ibu yang aktif dalam social networking tanpa sengaja terjepit diantara pertempuran informasi antara komunitas anti dan pro immunisasi.

Saya bukanlah spesialis Immunologi, namun latar belakang pendidikan Biologi sub Mikrobiologi, pernah mengikuti mata kuliah Immunologi dan membaca buku-buku tentang immunisasi, mendorong saya untuk membuat artikel ini. Saya dedikasikan khusus buat ibu-ibu, khususnya ibu yang memiliki balita.

Sistem biologis manusia teramat sangat canggih, sangat rumit, sangat teratur. Suatu kemustahilan bagi manusia untuk memahami sistem ini secara utuh. Inilah sebabnya saya mencintai Biologi, alasan utama mengapa dulu saya memilih kuliah di Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara, dan sebagai jalan mengenal Tuhan.

Salah satu sistem biologis tubuh manusia yang sangat vital bagi kelangsungan hidup adalah sistem pertahanan tubuh (sistem immun).

“Buatlah segala sesuatu sesederhana mungkin, tetapi bukan dimudah-mudahkan”—Albert Einstein—

Sistem Pertahanan Tubuh (Sistem Immun) Manusia

Sistem immun tubuh manusia berdasarkan bentuk fisiknya terdiri atas dua yaitu selular dan cairan. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda, namun menjalin kerjasama yang erat, tidak terpisahkan antara satu sama lain. Keduanya berada di dalam sistem peredaran darah.

Sistem immun memiliki database, mengenal seluruh komponen yang menyusun sistem biologis tubuh. Ketika ada benda asing berupa zat kimia atau mikroorganisme (antigen) masuk ke dalam tubuh, sistem immun akan merespon dengan mengerahkan “pasukannya” untuk mengepung benda asing tersebut. Mengidentifikasi, menciptakan zat penetralisir (antibodi), melenyapkan atau mengeluarkannya dari tubuh melalui keringat, urin, feses dan berbagai mekanisme lainnya.

Ada kalanya sistem immun ini kalah oleh benda-benda asing dan menyebabkan tubuh menjadi sakit. Secara alami sistem immun akan belajar dari kekalahan tersebut dan mencari cara untuk mengalahkannya. Dalam hal ini rasa sakit yang timbul (demam, radang dan lain-lain) bisa dikatakan sebagai tanda kepada kita untuk memberikan bantuan. Oleh karena itulah kalangan medis biasanya memberikan zat tambahan berupa vitamin, mineral dan sejenisnya sebagai suplai bagi sistem immun dan untuk meningkatkan kinerjanya.

Apabila benda asing tersebut adalah mikroorganisme penyebab penyakit, kalangan medis akan memberikan zat anti sesuai dengan jenis mikroorganismenya yaitu zat antibiotik.

Cara Kerja Immunisasi

Berasarkan karakter sitem immun tubuh manusia, para ilmuwan terinspirasi untuk merangsang sistem immun untuk menghasilkan zat antibodi dengan cara memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit, dimana daya atau kemampuannya untuk menyebabkan sakit telah dilemahkan. Sehingga apabila nantinya ada mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk ke alam tubuh, sistem immun akan mengalahkan/melenyapkannya dengan mudah.

Ada berbagai cara yang dilakukan untuk melemahkan kemampuan mikroorganisme penyebab penyakit, cara ini dikenal dengan Attenuation. Diantaranya adalah dengan cara pemanasan, diekspos dengan cahaya tertentu, dengan zat kimia dan sebagainya. Teknik ini pertama kali ditemukan oleh Louis Pasteur antara tahun 1877-1887. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep ini telah berkembang dengan pesat.

Penutup

Prinsip dasar immunisasi adalah pencegahan. Tidak ada satu metode medis yang tidak beresiko, bahkan obat yang telah dijual secara bebas pun memiliki efek samping, demikian jualah immunisasi. Para ilmuwan medis telah merancang teknik immunisasi yang memiliki resiko sekecil mungkin. Hal ini bisa diterima karena resiko timbulnya penyakit tanpa immunisasi lebih besar daripada dengan immunisasi. Kedua anak saya telah diimmunisasi di puskesmas, alhamdulillah mereka baik-baik saja.

Informasi mengenai bahaya-bahaya immunisasi sebaiknya disikapi dengan bijaksana dan tidak gampang terpengaruh. Bagi ibu-ibu, khususnya yang memiliki anak balita, yang masih ragu-ragu mengenai immunisasi dianjurkan untuk konsultasi dengan bagian ibu dan anak di puskesmas atau dengan dokter anak. Situs berikut bisa lebih membantu dalam memahami immunisasi Parenting, Ayahbunda, UNICEF, dan  Muslim (Fikih/Hukum Syariat Immunisasi).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun