Kalau ada pendukung Prabowo yang sewot karena berasumsi ledekan atau candaan "siap presiden" dari TKN Jokowi-Ma'ruf Amin tadi ditujukan kepada Prabowo, kemudian kesal sambil menendang kardus, entah kardus kosong atau berisi uang, sekali lagi tidak ada gunanya, bahkan bisa darah tinggi.
Juga tidak ada gunanya pendukung Prabowo melakukan framing atau semacam itu dengan mengatakan legitimasi Jokowi sebagai presiden berkurang karena banyak petugas KPPS yang menjadi korban, apalagi mengatakan telah terjadi kecurangan pada Pilpres 2019, dan seterusnya. Framing atau semacam itu sudah basi.
Sama halnya dengan klaim kemenangan Prabowo terkait Pilpres 2019, pun sudah basi dan masyarakat sudah bosan dengan klaim kemenangan tanpa bukti yang meyakinkan atau cenderung omdo.
Jika ada yang masih berpikir dan percaya dengan ungkapan "kebohongan yang terus menerus bisa memengaruhi opini publik sehingga kebohongan itu pun menjadi sebuah kebenaran", patut diperiksa otaknya. Mengapa?
Ini bukan zaman Hitler atau Perang Dunia Kedua.
Ungkapan di atas tadi bisa berhasil kalau hanya ada "komunikasi satu arah" saja, dan juga menguasai media.
Mosok bermodal atau menang di Twitter doang bisa memengaruhi opini publik sehingga kebohongan yang terus menerus pun bisa menjadi sebuah kebenaran?Â
Tak heran kalau ada orang yang kurang cerdas masih saja mengatakan "siap presiden", padahal hasil quick count pilpres dari berbagai lembaga survei tidak ada yang memenangkan pasangan capres yang didukungnya.
Barcelona Juara, Ada yang Ketar-ketir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H