Bakal cawapres Sandiaga Uno atau Sandi terlihat semakin pintar saja memainkan peran "Anak Mami".Â
Jika ingin mengetahui lebih lanjut maksudnya "Anak Mami" ini, sila lihat tulisan sebelumnya:Â
Peran "Anak Mami" yang Dimainkan Sandi akan Sukses?
Ketika pemerintah kewalahan menghadapi dollar yang sedang mengamuk belakangan ini, kembali peran "Anak Mami" Sandi muncul dan menghiasi media.
"Politisi kita minta, politisi shut up dululah. For the next two weeks, jangan dulu, termasuk dari pihak kita. Saya bilang tunggu, kita turunkan tensi dulu," ucap Sandi seperti dikutip dari detik.com.
Anjuran Sandi tadi pun menuai kontroversi, cukup banyak pernyataan atau komentar politikus yang berhamburan, baik dari Koalisi Jokowi maupun Prabowo, tapi tidak ada yang memasalahkan belepotannya bahasa Sandi yang campur Bahasa Inggris itu.
Sandi pun mengatakan akan menukar aset dollar AS yang dimilikinya ke rupiah untuk menyikapi melemahnya kurs rupiah terhadap dollar.
Terharu? Air mata jatuh berlinang karena keseringan nonton sinetron gazebo (gak zelas bo), film India, drama Korea hingga masak air pun gosong karena keasyikan nonton?Â
Tidak ada larangan untuk terharu.
Memangnya siapa yang melarang Sandi berperan seperti "Anak Mami"? Tidak ada, apalagi taktik itu berpotensi meraih kemenangan, makanya cukup menarik untuk menyimak pernyataan Sandi selanjutnya setelah himbauan shut up dan menukarkan dollarnya ke rupiah tadi, karena dari sekarang hingga tahun 2019 nanti masih cukup banyak peristiwa yang akan terjadi.
Apakah peran "Anak Mami" Sandi ini bagian dari "Politik Dua Muka"?
Tidak perlu heran, bukankah taktik "Politik Dua Muka" ini sudah lama dimainkan? Lihat saja, meski para politikus itu memiliki jabatan yang cukup tinggi di parpolnya, tapi tak beda dengan "cecunguk".
Jika ada isu hangat yang perlu dimainkan, "cecunguk" maju duluan ke depan untuk koar-koar. Tunggu reaksi publik. Kalau cenderung positif atau menguntungkan, ketum parpol diam, tapi kalau sebaliknya muncul bak pahlawan atau orang suci. Terakhir contohnya ketum parpol yang melontarkan pujiannya terkait Asian Games 2018.Â
Ya, ketum parpol tampil bak pahlawan atau orang suci, sementara sang "cecunguk" kemudian dihantam dan diserang bertubi-tubi soal pengembalian ribuan barang.
Begitulah nasib "cecunguk" dalam taktik "Politik Dua Muka".
Kembali bahas peran "Anak Mami" Sandi yang masih merupakan bagian dari taktik "Politik Dua Muka" tadi.
Apakah Sandi akan sukses memainkan perannya ini dan merepotkan kubu lawan?Â
Sekadar saran saja, jangan terlalu berharap peran "wong ndeso yang lugu, senyum sana dan sini (kalau tidak ingin disebut nyengir karena kebanyakan nyinyir), senang melucu dan sederhana" itu masih ampuh untuk meladeni taktik "Anak Mami".
Artikel sebelumnya:
Pujian Prabowo dan SBY Itu Hanya "Politik Dua Muka"?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI