Tidak perlu heran, bukankah taktik "Politik Dua Muka" ini sudah lama dimainkan? Lihat saja, meski para politikus itu memiliki jabatan yang cukup tinggi di parpolnya, tapi tak beda dengan "cecunguk".
Jika ada isu hangat yang perlu dimainkan, "cecunguk" maju duluan ke depan untuk koar-koar. Tunggu reaksi publik. Kalau cenderung positif atau menguntungkan, ketum parpol diam, tapi kalau sebaliknya muncul bak pahlawan atau orang suci. Terakhir contohnya ketum parpol yang melontarkan pujiannya terkait Asian Games 2018.Â
Ya, ketum parpol tampil bak pahlawan atau orang suci, sementara sang "cecunguk" kemudian dihantam dan diserang bertubi-tubi soal pengembalian ribuan barang.
Begitulah nasib "cecunguk" dalam taktik "Politik Dua Muka".
Kembali bahas peran "Anak Mami" Sandi yang masih merupakan bagian dari taktik "Politik Dua Muka" tadi.
Apakah Sandi akan sukses memainkan perannya ini dan merepotkan kubu lawan?Â
Sekadar saran saja, jangan terlalu berharap peran "wong ndeso yang lugu, senyum sana dan sini (kalau tidak ingin disebut nyengir karena kebanyakan nyinyir), senang melucu dan sederhana" itu masih ampuh untuk meladeni taktik "Anak Mami".
Artikel sebelumnya:
Pujian Prabowo dan SBY Itu Hanya "Politik Dua Muka"?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI