Liverpool bodoh?
Mungkin kata Liverpool bodoh ini kurang mengenakkan didengar oleh telinga, terutama bagi fans The Reds, apalagi artikel sebelumnya ada disebut Liverpool yang Bodoh.
Tapi di sisi lain jika dikatakan atau ditulis Liverpool kurang pintar, kok agak janggal. Lebih mantap kalau dikatakan atau ditulis Liverpool bodoh.
Terserah saja bagaimana enaknya, entah itu lebih enak dikatakan Liverpool bodoh atau Liverpool kurang pintar, atau anggap saja Liverpool bodoh dalam artikel ini maksudnya adalah Liverpool kurang pintar agar hati ini pun terasa sejuk.
El Clasico pada 7 Mei 2018 lalu cukup banyak drama di dalamnya, dan Liverpool bodoh jika tak bisa belajar atau memetik pelajaran guna menghadapi Real Madrid pada babak final Liga Champions di Kiev, Ukraina (27 Mei 2018) nanti.
Pelajaran pertama, Real Madrid adalah kesebelasan yang mengerikan mengingat materi pemain yang dimilikinya. Hal ini bukan baru saja terjadi, atau ditunjukkan pada El Clasico kemarin, tapi sejak Jose Mourinho menjadi manajer Madrid.
Namun karena "salah asuh", bagusnya materi pemain yang dimiliki Madrid tadi justru diminta untuk menerapkan taktik "parkir bus", dan Madrid pun tenggelam di bawah bayang-bayang Barcelona dengan Pep Guardiola-nya.
Pelajaran pertama Real Madrid adalah tim yang mengerikan tadi harus dipahami betul, bukan malah perbaba dan mengatakan "Kami Liverpool". Seharusnya sadar diri, 28 tahun tak pernah lagi juara Liga Inggris masih aja ngemeng "Kami Liverpool" yang terkesan sombong itu, kecuali kalau memang Liverpool ingin dibantai Real Madrid di babak final nanti seperti yang dialami oleh Juventus tahun lalu.
Pelajaran kedua, pada El Clasico kemarin, pemain Madrid terlihat pintar melakukan provokasi. Berawal dari Ramos yang "menggoda" Suarez sehingga pemain ini pun naik pitam. Imbasnya kepada pemain Barcelona lainnya. Messi pun tak lama kemudian melakukan tekling yang keras terhadap Ramos dan wasit mengganjarnya dengan kartu kuning. Untunglah Ramos masih bersikap "gentleman", tidak menjerit sambil guling-guling di rumput yang bisa berdampak kartu merah untuk Messi.
Tapi lihatlah apa yang terjadi dengan Sergi Roberto. Kena tampar sedikit saja Marcelo langsung jatuh yang berujung kartu merah untuk Sergi Roberto. Pintarnya pemain Madrid melakukan provokasi tadi sebenarnya sudah ada sejak era Mourinho.
Demikianlah dua pelajaran yang ada, pas dengan program KB cukup dua anak itu.
Tapi benarkah Liverpool bodoh jika tidak bisa memetik pelajaran dari El Clasico kemarin? Bagaimana mungkin Liverpool bodoh sementara ada manajer Jurgen Klopp yang hebat itu? Tak mungkin Liverpool bodoh, tak mungkin Liverpool bodoh.
Ya sudah, terserah saja, anggap Liverpool bodoh tak mungkin terjadi, meski sudah 28 tahun tak pernah lagi juara Liga Inggris (terakhir musim kompetisi 1989-1990).
Sebenarnya masih ada pelajaran lain yang bisa dipetik oleh Liverpool dari El Clasico kemarin selain dua pelajaran tadi guna menghadapi Real Madrid, sekaligus memenangkan final Liga Champions nanti, tapi kasih tau gak ya?
Salam bola itu bundar, bukan peang.