Mohon tunggu...
A Jul
A Jul Mohon Tunggu... Guru Yoga -

Ah, masa?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kesamaan Kerusuhan 13 Mei 1969 di Malaysia dan 13 Mei 1998 di Indonesia

12 Mei 2016   16:28 Diperbarui: 12 Mei 2016   17:47 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Apabila itu terjadi, maka bisa dipastikan, kelompok yang merasa terganggu atau yang merasa tidak mendapat kesempatan bagian atas sumber-sumber EKONOMI itu akan melakukan penyerangan kelompok kepada kelompok-kelompok yang mengganggu atau yang menguasai sumber-sumber EKONOMI yang seharusnya secara alamiah terbagi rata atau proporsional. 

Bahkan konflik dari jaman ke jaman hingga ke jaman saat ini terjadi di kawasan Timur Tengah pun pada dasarnya adalah tentang perebutan dan pembagian sumber-sumber EKONOMI atau UANG. Konflik aliran atau agama hanya semacam selimutnya saja. Dalamannya ya tetap saja tentang UANG atau EKONOMI itu. 

Nah jadi, segala macam konflik yang bernuansa atau berselimutkan Ras, Agama atau Ideologi seharusnya diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan EKONOMI dan Keadilan Sosial. Sosial EKONOMI maksudnya :) Bukan sosiologi :) Sosiologi mah hanya landasan untuk mengamati atau menelaah gejala-gejala sosial saja. Sosiologi tidak akan pernah bisa dipakai sebagai alat atau sarana penyelesaian konflik sosial secara praktis dan permanen. 

Okey, kita kembali ke soal kerusuhan rasial di tanggal 13 Mei 1969 di Kuala Lumpur, Malaysia dan yang terjadi di Jakarta, Indonesia pada tahun 1998. Ada kesamaan akar masalahnya toh? :) DUIT! :)) Atau EKONOMI. Mudah-mudahan saja, baik masyarakat dan pemerintah yang ada di Malaysia sana maupun yang di Indonesia sama-sama bisa mengambil pelajaran utama dari kejadian di masa lalunya itu. Masyarakat dan pemerintahnya bisa saling bekerja sama untuk menciptakan kondisi perekonomian masyarakat yang lebih adil dan merata.

Segala sekat-sekat sosial yang ketika masih dalam masa penjajahan Inggris di Malaysia dan penjajah Belanda di Indonesia, bisa sama-sama diupayakan untuk dihilangkan. Karena bagaimana pun sekat-sekat sosial seperti yang dahulu diterapkan oleh kaum penjajah di Malaysia maupun di Indonesia, hanyalah dimaksudkan untuk mempertahankan dan untuk memperkokoh kekuasaan penjajah di tanah koloninya. Sekarang kan sudah jaman kemerdekaan. Semua komponen dan kelompok sudah dalam Negara Malaysia dan Negara Indonesia yang satu. Kenapa juga masih Kenapa juga masih pada mau pake sekat-sekat sosial terus? :) Betul tidak? (AA Gym mode on). 

Jadi, mari ah kita menyatu! 

Cat: Nyatu (bhs Sunda kasar) tuh artinya makan. Mari menyatu berarti mari makan! :))

Sekian

Sumber Gambar 1 dan Sumber Gambar 2  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun