Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilah berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan Sastra Indonesia. Pada dasarnya, pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang tentunya mengarah pada peningkatan kemampuan dalam berbahasa Indonesia.Â
Kreativitas anak pada usia Sekolah Menengah Pertama masih sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak mereka. Maka dari itu, untuk meningkatkan perkembangan kreativitas agar tumbuh optimal dalam menulis puisi, perlu ada bimbingan dari guru dan ahlinya. Dari waktu ke waktu perkembangan puisi sudah cukup signifikan.
Kreativitas yang dimiliki oleh usia Sekolah Menengah Pertama sudah mulai berkembang dan mengeluarkan ide-ide baru. Karena pada usia ini, pengalaman baru, perasaan baru, suasana yang pula mempengaruhi cara berfikir dalam menuangkan isi dari pikiran dan perasaan pada peserta didik. Haruskanya pendidikan menulis puisi dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak untuk mengenbangkan dan menuangkan kreativitasnya.Â
Ada beberapa hal besar yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran menulis khususnya puisi, sering kali di kelas dalam pembelajaran  kemampuan menulis puisi di kelas masih sangat sederhana. Guru bahasa Indonesia hanya memberika intruksi untuk mengungkapkan apa yang dirasakan kedalam bentuk bait-bait.
Menulis puisi tidak lah mudah bagi sebagian orang, sebagai penyair, sudah hal yang wajib dalam penguasaan bahasa, serta kemampuan-kemampuan seperti kecermatan dan ketepatan dalam menggunakan bahasa agar menghasilkan puisi. Puisi memiliki susunan yang terdiri dari lirik, bait, dan pertalian makna (Waluyo, 2008: 24).Â
Dalam menulis puisi perlu memperhatikan retorika untuk memberi pengaruh terhadap pembaca atau pendengar. Penyair juga bisa mengunakan kata-kata kiasan, perumpamaan, majas atau gaya bahasa, dan perlambangan akan sesuatu agar menciptakan puisi yang indah. Maka dari itu, gaya bahasa menjadi bagian dari nilai estetika karya sastra.
Dalam mengungkapkan bahasa, perasaan pengarang merupakan cerminan dari apa yang akan diungkapkan oleh sebab itu akan memperngaruhi perasan dan sikap pembacanya. Pemilihan bentuk pengungkapan bahasa dan gagasan ini sangat menentukan kreatifitas dan imajinasi pengarang agar menghasilkan seberapa besar nilai karya yang telah ditulis.Â
Gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik secara lisan, tulisan, nonsastra,, karena gaya bahasa adalah cara mengungkapkan bahasa dalam konteks, orang, dan maksud tertentu, tutur Sudjiman (1998:13).
Menilai suatu karya sastra salah satunya  dengan cara mengapresiasi puisi yang mengacu pada pemahaman dan pengenalan terhadap suatu karya cipta yang memberikan penilaian, pertimbangan serta penghargaan melalui kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan terhadap karya tersebut.Â
Proses apresiasi berawal dari pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan penerapan. Kegiatan apresiasi puisi dilakukan dengan membaca puisi sekaligus mengenali, memahami, berpikir kritis, dan timbul kepekaan rasa terhadap puisi yang dibaca.Â
Dalam memahami puisi, seseorang harus mampu menemukan tema atau permasalahan yang diangkat pengarang , perasaan pengarang, dan amanat apa yang hendak disampaikan melalui puisi tersebut. Kalimat yang pendek-pendek dan padat, ditambah makna konotasi yang sering terdapat pada puisi, menyebabkan isi puisi seringkali sulit dipahami
Pendekatan kajian puisi mempunyai andil dalam sebuah kajian puisi berpadukan teori linguistik untuk mengetahui maksud puisi dan gaya bahasa serta suara-suara yang dikaji dalam puisi bersandarkan aliran, pendekatan kajian puisi digunakan sebagai usaha membuktikan keindahan bahasa yang universal dalam sebuah puisi yang memperlihatkan kebolehan penyair mengolah bahasa, memperhalus serta menerap daya kreatif dalam menyampaikan maksud bahasa yang digunakan.Â
Penyair dalam menulis puisi biasanya merupakan bagian dari caranya dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara iimajinatif dan disusun secara artistik dalam bahasa yang emosional serta berirama. Penulisan puisi biasanya dengan memperhatikan bentuk bahasa, menggunakan kiasan, menyesuaikan akhir bunyi kata yang senada agar menarik dibaca.
Salah satu unsur paling menarik dan menentukan sejauh mana pencapaian puitik sebuah karya adalah suasana. Sebuah puisi yang baik mampu membawa pembacanya ke dalam suasana tertentu, dan suasana itulah yang akan mempengaruhi pembacanya.Â
Perasaan akan tersentuh, hati tergetar dan bulu kuduk berdiri jika seorang penyair berhasil menciptakan suasana tertentu dalam puisinya. Semua itu muncul tidak hanya disebabkan karena puisi-puisi yang bersuasana sedih atau murung, tapi juga karena puisi-puisi yang penuh gelora semangat.Â
Begitu juga puisi-puisi yang bersuasana khusyuk, syahdu dan khidmat akan menimbulkan keharuan bagi yang membacanya. Suasana dibangun dari gambaran-gambaran yang disajikan penyair sebagai unsur pendukung tema. Pembaca diajak melihat, membayangkan, mendengar, mencium, merasakan dan berpikir tentang sesuatu sehingga dibawa pada keadaan dan kondisi perasaan tertentu. Suasana sangat membantu dalam memberikan penekanan pada tema yang hendak dikemukakan.
Di samping pengajaran tata bahasa dan kemampuan bahasa, pengajaran bahasa merupakan salah satu aspek pengajaran sastra. Pada dasarnya pengajaran sastra dapat ditinjau dari segi karakteristik yang selalu dikaitkan dengan pengajaran bahasa. Pengajaran sastra selalu berkaitan dengan masalah nilai keindahan dan nilai kehidupan, yang mana memberikan empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, ,meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H