Mohon tunggu...
Abdul Rohman
Abdul Rohman Mohon Tunggu... Guru - for reading, for undersanding

Aku adalah siang dan malam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kaum Penjilat

22 November 2021   20:45 Diperbarui: 22 November 2021   20:57 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai kaum penjilat

Kau jual kesana dan kemari

Agar mendapat sesuap nasi, menjual martabat diri

Berkongsi dan bermain licik demi reputasi

Wahai kaum munafik

Kau jual syair Tuhan untuk adu domba sesama

demi memenuhi syahwat

Kau begitu fasih mengatasnamakan Tuhan

Begitu lantang menyeru untuk menyembah Tuhan

Demi memenuhi isi perutmu. Para budak perut (Abdul Buthun)

Aku ingin kalian hidup 100 tahun lagi

Agar mata-mata kalian dan mulut-mulut kalian yang kotor itu

Mampu menyaksikan tanganku yang ringan ini

menyuapi uang dari lubang pantatku ke mulut-mulut kalian

dan aku akan hidup lebih lama lagi

untuk memberi pelajaran kepada orang-orang sesudah kalian

Aku adalah Keabadian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun