Pendidikan menjadi dasar untuk mempersiapkan masa depan yang cerah. Pendidikan bisa membantu untuk membangun karakter dan kepribadian seseorang menjadi lebih baik di lingkungan masyarakat. Pendidikan juga sebagai penentu masa depan dan kebahagiaan bagi setiap individu, dimana jika proses pembelajaran dalam pendidikan baik maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang diharapkan begitu juga sebaliknya.Â
Pendidikan begitu penting dalam kehidupan sehingga lahir sebagai jiwa dalam kehidupan bermasyarakat (Fahira et al., 2022)
Komersialisasi pendidikan, ditandai dengan integrasi prinsip-prinsip bisnis ke dalam sistem pendidikan, telah memicu perdebatan signifikan mengenai dampaknya terhadap kualitas pendidikan. Pendekatan ini sering menekankan nilai ekonomi, kekuatan pasar, dan privatisasi, yang berpotensi menutupi nilai sosial intrinsik pendidikan.Â
Hal ini didukung pendapat (Dinkar 2022) bahwa pendidikan sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan di bawah ideologi pasar, mengarahkan siswa untuk melihat diri mereka sebagai pelanggan. Pergeseran ini merusak nilai intrinsik pendidikan, yang seharusnya menumbuhkan pemikiran independen dan intelektualisme organik.Â
Efek komersialisasi terhadap kualitas pendidikan beragam, melibatkan manfaat dan kelemahan potensial. Salah satu bentuk propaganda adalah pemasaran program-program pendidikan yang lebih fokus pada pencapaian materi atau status sosial daripada pengembangan bidang keahlian yang bermanfaat untuk kehidupan nyata.Â
Misalnya, perguruan tinggi atau lembaga pelatihan yang lebih menekankan pada reputasi, fasilitas mewah, dan prospek karir jangka pendek, daripada kualitas pendidikan yang sebenarnya.
Komersialisasi pendidikan memang berdampak pada berpikir kritis manusia, karena menggeser fokus dari pembangunan manusia secara holistik ke produktivitas ekonomi. Pergeseran ini terbukti dalam cara sistem pendidikan memprioritaskan keterampilan yang memenuhi tuntutan pasar daripada keterampilan yang menumbuhkan pemikiran kritis, kreativitas, dan kesadaran budaya.Â
Penekanan pada pelatihan kejuruan dan integrasi produksi dan pendidikan lebih lanjut menggarisbawahi tren ini, berpotensi mengurangi nilai intrinsik keahlian dan perannya dalam memanusiakan pendidikan.
Penyebab Komersialisasi Pendidikan
1. Keterbatasan Anggaran Pemerintah
Pemerintah sering kali menghadapi keterbatasan anggaran untuk sektor pendidikan. Yang mendorong ketergantungan pada lembaga pendidikan swasta dan jenis-jenis pendanaan lain seperti biaya kuliah tinggi, yang pada gilirannya mendorong komersialisasi pendidikan.
2. Pendidikan Berorientasi Profit
Pendidikan dilihat sebagai lahan bisnis yang menjanjikan untuk diperdagangkan, ada kecenderungan untuk mengutamakan keuntungan daripada kualitas pendidikan. Lembaga pendidikan mungkin lebih fokus pada aspek-aspek yang bisa menghasilkan uang, seperti meningkatkan jumlah mahasiswa atau menawarkan program-program yang menarik, daripada berfokus pada pengajaran yang bermutu dan pengembangan karakter mahasiswa. Hal ini dapat mengurangi integritas akademik dan mendorong pendidikan yang bersifat transaksional daripada transformasi pendidikan.
3. Komodifikasi Dosen dan Tenaga Pendidik
Dunia pendidikan yang semakin komersial, dosen dan tenaga pengajar tidak dipandang sebagai aset berharga tetapi sering kali diperlakukan sebagai "tenaga kerja" yang menghasilkan keuntungan. Beban kerja yang berlebihan, dan rendahnya kompensasi seringkali mengurangi perhatian dosen terhadap perkembangan profesional mereka dan kualitas interaksi dengan mahasiswa.
4. Kurangnya Regulasi yang Ketat
Regulasi yang kurang ketat terhadap lembaga pendidikan swasta memungkinkan mereka untuk menetapkan biaya yang tinggi tanpa pengawasan yang ketat. Hal ini membuka peluang bagi lembaga pendidikan untuk memaksimalkan keuntungan mereka, seringkali dengan mengabaikan kualitas pendidikan yang diberikan.
Banyak negara, termasuk Indonesia, ada pergeseran dalam paradigma pendidikan, di mana pendidikan tidak lagi dianggap sebagai hak dasar yang harus dijamin oleh negara, melainkan sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan.Â
Hal ini mempercepat komersialisasi sektor Pendidikan yang berisiko memperburuk kesenjangan sosial, di mana hanya mereka yang memiliki kemampuan finansial yang bisa mengakses pendidikan berkualitas, sementara kelompok marginal atau masyarakat miskin atau kurang mampu sering kali terpinggirkan.Â
Untuk mencapai tujuan ini, sangat penting bahwa kesadaran kolektif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk  pemerintah, lembaga akademik, dan masyarakat umum, berkolaborasi untuk melestarikan tujuan dasar pendidikan untuk menerangi keberadaan bangsa dan untuk menumbuhkan karakter generasi masa depan yang berkualitas.Â
Mengembalikan pendidikan ke tujuannya yang terhormat merupakan langkah signifikan untuk mengurangi efek buruk yang berasal dari komersialisasi praktik pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H