Mohon tunggu...
Pujangga
Pujangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Negeri Semarang

Segala hal yang dipandangi remeh dalam sehari-hari kita hidup, sejatinya mengarahkan kita pada pemahaman mendalam terkait semesta, sebab Tuhan hadir dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ging Nang Boyz dan Polemik Cinta Sejati

9 Agustus 2023   22:21 Diperbarui: 9 Agustus 2023   22:35 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dulu, cinta sudah banyak dibicarakan. Banyak sekali literatur klasik yang membincangkan perkara cinta, sebab cinta hadir dalam tiap zaman hidup manusia. Cinta sering digambarkan sebagai sesuatu yang menggairahkan, juga sebagai bentuk perasaan paling suci dan primal. 

Cinta dirasakan oleh Adam, oleh Sulaiman, oleh Lu Bu, oleh Shakespeare, juga digambarkan dalam segala macam bentuk, yaitu dalam perilaku, puisi, renungan filosofis, hingga sebuah lagu. 

Salah satu lagu yang berusaha menggambarkan mengenai perasaan cinta adalah sebuah lagu karya band Ging Nang Boyz berjudul Koi wa Eien, atau dalam terjemahan Inggrisnya, My Love For You Is Eternal.

My love for you is eternal --- my love belongs only to you.

Watching the city at twilight --- the laughing and the crying.

The white blouse --- Melt me, melody.

It's a dream of strawberry fields

Begitulah kurang lebihnya Ging Nang Boyz membuka lagu ini, "Cintaku padamu adalah sebuah keabadian---cintaku adalah milikmu seorang". Sebuah pembuka yang manis, namun sayangnya terdengar begitu penuh hasrat. Sebab apabila kita pandangi penggalan lirik tersebut dalam kacamata yang jernih, sebenarnya tidak ada cinta yang abadi.

Cinta abadi hanyalah kiasan semata, sebab manusia sendiri tidaklah abadi. Bahkan bila tidak abadi sekalipun, perasaan cinta yang dialami manusia tidak akan bertahan hingga bertahun-tahun, sebab manusia berevolusi untuk menjadi makhluk yang tidak pernah puas akan suatu hal.

Pada masa lalu, dua kebutuhan yang menunjang eksistensi manusia di dunia ini adalah makan dan hubungan seksual. Keduanya adalah kebutuhan yang membuat manusia tetap lestari hingga masa kini, sebab makanlah manusia dapat hidup, dan sebab hubungan seksuallah eksistensi spesies dapat dilanjutkan hingga bergenerasi-generasi.

Kegiatan makan adalah kegiatan yang menghasilkan kepuasan sementara, yang akan hilang kemudian seiring waktu, dan untuk mendapatkan kepuasan yang sama, manusia mesti makan lagi apabila sudah merasa lapar. Sama seperti hubungan seksual, kepuasan yang didapatkan darinya adalah sebuah kepuasan sementara pula, yang apabila ingin mendapati kepuasan yang sama, mesti melakukan hal yang sama pula apabila dirasa dibutuhkan.

Kedua kegiatan ini lah yang dilakukan oleh manusia dari berbagai generasi, sehingga manusia kemudian berevolusi menjadi makhluk yang tidak pernah puas akan suatu hal. 

Misalnya adalah apabila seseorang membeli sebuah ponsel baru dan bergembira, maka lama-kelamaan perasaan gembiranya tersebut akan hilang, dan untuk mengembalikan perasaan gembiranya lagi tersebut, maka dia harus membeli sebuah ponsel baru lagi. Begitulah kenyataan manusia, seperti yang disampaikan Yuval Noah Harari dalam bukunya yang berjudul Sapiens.

Hal di atas juga terjadi pada kasus sebuah perasaan cinta. Manusia barangkali akan mengalami fase suka sama suka pada awal berpacaran, kondisinya benarlah bagaikan sebuah kembang api besar yang tak terkira membuat jantung berdegup kencang. Namun perasaan tersebut perlahan-lahan akan hilang, sosoknya yang indah bagaikan pagi yang lembut kini berubah bagaikan siang yang datar. Segalanya yang indah bagai taman firdaus tersebut seakan berubah menjadi taman kota biasa. Cinta yang diharapkan sejati tersebut runtuh oleh sang waktu. Biasanya pada momen ini, perselingkuhan kerap terjadi.

Dan perasaan suka sama suka yang luar biasa tersebut terekam dengan baik dalam lirik selanjutnya yang berbunyi:

Oh My Baby,

Even when you can't bear it anymore,

You still laugh.

You laugh again

Like you always do

In that room

Gracefully, gracefully.

Namun sayangnya hasrat yang tergambar tak akan berpengaruh pada apa pun, sebab yang primal dalam kehidupan manusia itu bukanlah perasaan cinta, melainkan perasaan tidak puas dan gampang bosan pada sesuatu itu sendiri. Karena satu-satunya cinta sejati yang dapat benar-benar dikategorikan sebagai cinta sejati adalah cinta yang hadir pada karakter fiksi. 

Sebagai contoh, adalah cinta yang hadir pada Romeo & Juliet karangan Shakespeare, atau juga adalah cinta yang hadir pada Jack & Rose dalam Titanic. Dan keduanya memiliki keserupaan, yaitu sama-sama berakhir dalam tragedi. Maka bahkan di dalam karakter fiksi sekalipun, cinta sejati mesti diakhiri oleh sebuah tragedi.

Begitulah sekiranya dilema yang tengah dihadapi, oleh kalangan mabuk cinta yaitu kalangan  muda-mudi. Merasa bahwasanya cinta mereka abadi, cinta mereka sejati, padahal segalanya hadir lalu kembali. Lagu Koi Wa Eien karya band Ging Nang Boyz ini memanglah dapat menangkap citra kehidupan pasangan muda-mudi yang sedang dilanda perasaan kesemsem.

Referensi

Harari, Y. N. (2017). Sapiens: Sejarah Singkat Umat Manusia. Tangerang Selatan: Alvabet.

https://lyricstranslate.com/en/%E6%81%8B%E3%81%AF%E6%B0%B8%E9%81%A0-my-love-you-eternal.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun