Tokoh McKenzie terus berkali-kali memohon agar dirinya dapat berhenti bergerak dan bernyanyi di luar kendalinya, namun apa yang dia inginkan sia-sia saja, seakan penolakan yang dilontarkan sekalipun berubah menjadi melodi yang indah dalam sebuah lagu.
Usaha penolakan ini, apabila dipandangi dalam kacamata “Kehendak Bebas”, maka akan memiliki pemaknaan bahwasanya seorang yang merasa bahwa dirinya dapat melakukan sesukanya di dunia ini, pada dasarnya diorkestrai dalam partitur yang sama, yaitu partitur yang dirancang oleh Yang Maha Mencipta. Segala hal yang dikehendaki manusia, bukanlah sebuah kehendak bebas, sebab nasib pada dasarnya sudah termaktub, di suatu tempat di luar pemahaman manusia.
Namun kita mesti menghargai tokoh seperti McKenzie ini, sebab dia adalah individu yang cerah, seorang filsuf yang menentang, mempertanyakan mengapa dia tidak dapat bergerak dan bernyanyi sekehendaknya? Apakah manusia memiliki kebebasannya? Bagaimana jika dia dapat mengakali sistem semesta ini? Pertanyaan mengenai bagaimana manusia dapat mengakali sistem yang maha besar ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan oleh tokoh McKenzie dan diikuti oleh tokoh Brady dalam lirik:
Oh, I can't stop singing
Make it stop, make it stop
Am I real or just a prop?
Oh, I can't stop singing
So let's just talk
Talk, talk
Talk, talk
Talk, talk
Talk, talk, talk, talk
Talk, talk, talk, talk, talk
Dapat dipahami bahwasanya tokoh McKenzie mencoba untuk mengakali sistem, dengan berusaha bicara biasa alih-alih bernyanyi, namun sayangnya, usahanya ini juga tidak membuahkan hasil, sebab kata “Talk” yang diucapkannya berkali-kali itu malah menjadi sebuah melodi lagu yang merdu.
Tak banyak yang berbeda dalam lirik-lirik selanjutnya, tokoh McKenzie dan Brady tetap bersama-sama berteriak pada sebuah kalimat yang banyak sekali dinyanyikan ulang, yaitu “I can’t stop singing”, memang hal ini terjadi sebab judul dari lagunya sendiri adalah “Can’t Stop Singing”, namun hal ini juga memiliki pemaknaan, bahwasanya sejauh mana pun manusia berusaha berhenti percaya pada takdir yang termaktub, itu tidak akan pernah berakhir, sebab apa yang dipercayainya dilakukan sesuai dengan kehendaknya sendiri, sejatinya merupakan narasi nasib yang sudah sedari awal dirangkai Yang Maha Mencipta.
Maka dapat dipahami, bahwa lagu ini secara lirik, dapat menangkap secara sempurna dilema yang dialami seseorang yang mengimani “Kehendak Bebas”, dalam usahanya untuk mencoret diri dalam partitur sakral milik Yang Maha Kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H