Strategi Gimmick dalam Pilpres: Membangun Dukungan Melalui Atraksi dan Sensasi
Pemilihan Presiden (Pilpres) seringkali menjadi ajang strategi politik yang kompleks. Calon presiden harus dapat membangun dukungan publik yang kuat untuk mencapai kemenangan. Salah satu strategi yang sering digunakan dalam Pilpres adalah gimmick politik. Gimmick politik mengacu pada upaya menciptakan atraksi atau sensasi yang menarik perhatian publik, dengan tujuan untuk memperoleh dukungan.
Gimmick politik digunakan untuk membentuk citra calon presiden yang positif di mata publik, dengan memanfaatkan momen-momen yang menarik perhatian. Contohnya adalah penampilan yang atraktif, kegiatan olahraga yang ekstrem, atau kejutan yang mengejutkan.
Ada yang menarik pada Pilpres 2024 ini, banyak strategi yang dikeluarkan oleh para paslon. Seperti strategi kampanye Prabowo Gibran yang dirasa lebih efektif, tepat sasaran karena memiliki ciri khas diibandingkan sibuk keliling dari satu kampus ke kampus yang lain yang dimana pak Prabowo dari 5-10 tahun yang lalu sudah sering melakukannya. Anies dan Ganjar saat ini menggunakan pola yang serupa seperti yang sudah pernah dilakukan oleh Prabowo untuk berkeliling ke kampus-kampus di Indonesia dinilai kurang efektif dan berujung kekalahan berkali-kali.
Pada pemilu tahun 2014 dan 2019 Jokowi melakukan hal yang sama dengan paslon no.2 (Prabowo-Gibran) saat ini, jarang sekali datang ke kampus-kampus dan melakukan diskusi-diskusi terbuka, Jokowi lebih sering datang ke kampung-kampung dan ke desa-desa, blusukan ke sana kemari, di acara debat di KPU sempat ada isu debat nanti setiap paslon akan diberi kisi-kisi dan itu ditolak dan mendapat ledekan oleh tim Prabowo, Jokowi dicap sebagai penakut saat menghadapi debat dan lain-lain sampai dijadikan topik pembahasan di ILC (Indonesia Lawyers Club).
Lalu, apa saja sih strategi gimmick politik yang biasa digunakan saat Pilpres berlangsung?
Nah ini dia beberapa Strategi Gimmick Politik dalam Pilpres yang akan kita bahas di postingan kali ini!
1. Menciptakan Kejadian Berkesan
- Calon presiden akan menciptakan momen-momen yang menarik perhatian publik, seperti kampanye dengan pendekatan yang berbeda, pertunjukan seni, atau acara besar dengan selebriti sebagai pengisi acara.
- Contoh: Mengadakan konser politik dengan bintang pop terkenal untuk menarik publik muda.
2. Merangkul Kehadiran di Media Sosial
- Dalam era digital ini, media sosial menjadi alat yang efektif untuk membangun dukungan publik.
- Calon presiden akan memanfaatkan platform media sosial untuk membuat gimmick yang viral dan memicu pembicaraan di kalangan masyarakat.
- Contoh: Mengunggah konten yang menarik, membuat tantangan viral, atau berinteraksi langsung dengan pengikut.
3. Menggandeng Selebriti dan Influencer
- Calon presiden akan mencari dukungan dari selebriti atau influencer yang populer di masyarakat.
- Kolaborasi dengan selebriti atau influencer dapat memberikan dorongan besar dalam memperoleh dukungan dan perhatian publik.
- Contoh: Mengajak selebriti atau influencer terkenal untuk berkampanye bersama atau menjadi juru bicara.
Dari sekian banyaknya strategi yang biasa digunakan oleh para Paslon ini, kenapa strategi berkeliling kampus dan melakukan diskusi terbuka seperti yang disebutkan diatas dinilai kurang efektif ya?
Karena mungkinan debat dan diskusi hanya memuaskan dan hanya 8% orang terdidik dari jumlah populasi penduduk kita yang dimana itu hanya menyenangkan untuk 12 juta orang saja dari 277 juta penduduk kita, sisanya adalah pangsa pasar yang tidak mengerti dengan perbincangan diskusi (debat) yang sedang dibahas, bagaimana pengaplikasian ide-ide retoris ke kerja nyata, yang mereka pahami hanya jika debatnya tidak ada baku hantam merupakan debat yang tidak seru dan membosankan. Prihatin, sedih, tapi itulah kenyataan yang ada di masyarakat kita sekarang.
Terus.. apa dong kesimpulannya?
Strategi gimmick dalam Pilpres memiliki peran penting dalam membangun dukungan publik. Meskipun gimmick seringkali dibarengi dengan kontroversi dan kelebihan janji, tidak bisa dipungkiri bahwa gimmick politik dapat menarik perhatian dan mempengaruhi pemilih. Namun, sebagai pemilih yang cerdas, penting untuk melihat lebih jauh dari gimmick dan mempertimbangkan substansi dan kualitas kepemimpinan calon presiden. Dalam Pilpres yang akan datang nanti, kita sebagai pemilih perlu menjadi kritis dan mendapatkan informasi yang memadai untuk membuat keputusan yang berdasarkan pemahaman yang mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H