Karena mungkinan debat dan diskusi hanya memuaskan dan hanya 8% orang terdidik dari jumlah populasi penduduk kita yang dimana itu hanya menyenangkan untuk 12 juta orang saja dari 277 juta penduduk kita, sisanya adalah pangsa pasar yang tidak mengerti dengan perbincangan diskusi (debat) yang sedang dibahas, bagaimana pengaplikasian ide-ide retoris ke kerja nyata, yang mereka pahami hanya jika debatnya tidak ada baku hantam merupakan debat yang tidak seru dan membosankan. Prihatin, sedih, tapi itulah kenyataan yang ada di masyarakat kita sekarang.
Terus.. apa dong kesimpulannya?
Strategi gimmick dalam Pilpres memiliki peran penting dalam membangun dukungan publik. Meskipun gimmick seringkali dibarengi dengan kontroversi dan kelebihan janji, tidak bisa dipungkiri bahwa gimmick politik dapat menarik perhatian dan mempengaruhi pemilih. Namun, sebagai pemilih yang cerdas, penting untuk melihat lebih jauh dari gimmick dan mempertimbangkan substansi dan kualitas kepemimpinan calon presiden. Dalam Pilpres yang akan datang nanti, kita sebagai pemilih perlu menjadi kritis dan mendapatkan informasi yang memadai untuk membuat keputusan yang berdasarkan pemahaman yang mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H