Mohon tunggu...
Aji Prasetyo
Aji Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Guru sejarah pada SMA Negeri 1 Bantarbolang

Saya adalah guru sejarah yang senang dengan fotografi menonton film dan berpetualang ntuk menyingkap misteri dari tempat yang saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kombinasi Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL) dengan Team Games Tournament

27 September 2022   14:15 Diperbarui: 27 September 2022   14:20 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lokasi

SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG, PEMALANG, JAWA TENGAH

Lingkup Pendidikan

Sekolah Mengah Atas (SMA)

Tujuan yang ingin dicapai

Peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam mengerjakan soal tipe HOTS dengan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) memanfaatkan media video ilustrasi pada materi Reformasi Gereja di Eropa kelas XI SMAN 1 Bantarbolang Tahun Pelajaran 2022-2023.

Penulis

Aji Prasetyo, S.Pd

Tanggal

15 September 2022

Situasi: 

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

Menurut Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Winkel ( 1996 : 226 ) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka Prestasi Belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Jadi Prestasi Belajar adalah hasil-hasil pengukuran usaha seseorang dalam proses perubahan secara maksimal mengenai kecakapan pengetahuan, sikap, keterampilan pada kurun waktu tertentu melalui  tes atau ujian tertulis, lisan, penugasan, proyek dan lain-lain yang disiratkan melalui angka atau simbol lain.

Sehingga prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran sangatlah penting karena keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik. Seyogyanya Peserta didik berusaha mendapatkan hasil belajar yang terbaik untuk mencapai prestasi yang baik pula. Akan tetapi pada pengalaman mengajar di SMA Negeri 1 Bantarbolang saya melihat tidak semua hasil belajar Sejarah dari Peserta didik itu tinggi atau baik. Terdapat banyak hasil belajar Sejarah peserta didik yang kurang memuaskan, dan dari hasil belajar yang rendah pada itu di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari guru, Peserta didik itu sendiri dan lingkungan yaitu :

  • Guru
  • Miskonsepsi Guru bahwa soal tipe HOTS adalah soal berkategori susah.
  • Kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal tipe HOTS.
  • Guru terlalu cepat menjelaskan materi sehingga Peserta didik kesulitan memahami materi.
  • Guru ketika mengajar menggunakan bahasa sulit Peserta didik pahami, sehingga materi yang diajarkan tidak dapat Peserta didik pahami dengan baik.
  • Cara mengajar guru sulit saya pahami karena dalam penyampaian materi terkadang tidak terlalu jelas terdengar.
  • Peserta didik
  • Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang lemah.
  • Peserta didik terbiasa mengerjakan soal tipe LOTS sehingga tidak familiar dengan tipe HOTS.
  • Cara berfikir peserta didik cenderung sama dengan contoh-contoh yang telah diberikan oleh guru.
  • Peserta didik hanya dituntut untuk menerima sesuatu yang dianggap penting dan menghafal.

Sehingga hasil belajar Peserta didik menurun atau tidak mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah, dari permasalahan yang ditemukan di atas, yang menjadi salah satu alternatif solusi yang ditawarkan adalah model pembelajaran inovatif dengan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) memanfaatkan media video ilustrasi pada materi Reformasi Gereja di Eropa kelas XI SMAN 1 Bantarbolang Tahun Pelajaran 2022-2023.

Alasan praktik ini penting untuk dibagikan bahwa guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran khususnya dalam merancang pembelajaran yang inovatif buat peserta didik yang dimulai dari pengembangan media pembelajaran yang menarik sampai penentuan model pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik muatan pelajaran agar Peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensinya di kelas. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) memanfaatkan media video ilustrasi dapat menarik minat belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah.

Yang menjadi peran dan tanggung jawab dalam hal ini adalah saya berperan sebagai guru yang melaksanakan tugas mengajar dengan mengawali kegiatan dengan merancang perangkat pembelajaran yang bermanfaat bagi Peserta didik dengan mengikuti perkembangan zaman yang seperti saat sekarang ini kita telah memasuki era 4.0 dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif.

Tantangan : 

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

Setelah dilakukan identifikasi masalah, wawancara dengan guru, kepala sekolah dan pakar pendidikan serta konsultasi dengan orangtua, ada tantangan yang dihadapi:

  • Terdapat motivasi keliru bahwa sekolah hanya untuk memperoleh ijasah.
  • Sikap belajar peserta didik yang pasif.
  • Peserta didik terlalu asyik bermain game, sosial media.  
  • Peserta didik tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak pintar.

Tantangan-tantangan tersebut menjadi pendorong seorang guru harus mampu merancang pembelajaran yang inovatif sesuai perkembangan zaman bagi peserta didik dengan menerapkan media pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta didik serta model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatakan hasil belajar peserta didik dalam menghadapi era digitalisasi 4.0 yang semuanya berbasis teknologi. Seorang guru harus bisa menjadi guru yang memesona bagi peserta didiknya agar pembelajaran dikelas bisa menarik, inovatif dan bermakna.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu kerjasama antara sekolah dalam hal ini guru dan kepala sekolah dengan orang tua dan masyarakat yang baik untuk memajukan pendidikan.

Aksi : 

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah :

  • Melakukan Riset dan Wawancara
  • Guru mengkaji dan mendata permasalahan yang ada kemudian melalui metode analisis Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak (APKL) dan Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) untuk menentukan masalah yang diangkat.
  • Guru melakukan riset dan ekplorasi jurnal dan artikel ilmiah tentang masalah peningkatan prestasi belajar peserta didik dari berbagai sumber jurnal dan artikel ilmiah yang ada di internet. Pencarian informasi ini bertujuan sebagai bahan kajian serta memberikan gambaran ilmiah tentang solusi yang relevan dari penelitian terdahulu yang telah berhasil untuk meningkatkan prestasi belajar.
  • Guru juga melakukan wawancara kepada kepala sekolah, waka bidang kurikulum, rekan sejawat terkait urgensi dan solusi dari masalah rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah di dalam kelas.
  • Pemilihan Model Pembelajaran
  • Dari beberapa tantangan diatas didapatkan solusi bahwa untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik diperlukan keberanian untuk menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi di dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap pertemuan dapat membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih menarik.
  • Strategi yang dilakukan guru dalam memilih model pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Dalam hal ini, Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) dipilih sebagai model yang paling tepat untuk memecahkan masalah ini dan mengakomodir materi sejarah yang cukup kompleks. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah Peserta didik merasa senang dan rileks dalam menjalani proses pembelajaran, meningkatkan minat belajar peserta didik, menumbuhkan jiwa kompetitif,  dan mampu  meningkatkan pemahaman siswa karena terjadi proses berpikir kritis pada peserta didik.
  • Dalam proses pemilihan model ini pertama guru mempelajari beberapa model pembelajaran, lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Kemudian melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi yaitu Reformasi Gereja.
  • Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran ini antara lain pemahaman kompetensi guru akan sintak Problem Based Learning (PBL) dan Team Games Tournament (TGT) supaya bisa dipadukan menjadi sebuah kegiatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi peserta didik.
  • Pemilihan Media Pembelajaran
  • Untuk mendukung keberhasilan penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) maka perlu diikuti dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
  • Strategi yang dilakukan Berkaitan denga media pembelajaran guru menggunakan media powerpoint yang didalamnya memuat gambar tokoh dan video ilustrasi yang mendeskripsikan pengertian, penyebab dan dampak Reformasi Gereja dengan tampilan yang lebih menarik..
  • Proses pembuatan media power point ini dimulai dari mempelajari materi Reformasi Gereja. Kemudian guru merancang desain yang menarik dengan menambahkan gambar gambar dari internet yang berkaitan dengan materi.
  • Sumber daya yang diperlukan guru untuk membuat media pembelajaran adalah pengetahuan guru dalam pembuatan media dan pengoperasian media. Sarana yang digunakan antara lain laptop dan jaringan Internet.
  • Membuat rencana pembelajaran

Strategi yang dilakukan dalam membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan mencermati sintak/langkah-langkah Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dilengkapi dengan Bahan Ajar, Pengembangan media, LKPD, dan Evaluasi penilaian (Sikap, Kognitif dan Psikomotor).

Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT). Melalui model pembelajaran PBL Peserta didik diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah di dalam situasi yang kolaboratif. Pada metode ini peserta didik juga terjun langsung pada proses pemecahan masalah, sehingga membentuk kebiasaan belajar mandiri melalui latihan dan refleksi. Dan hal positif dari penggunaan model Team Games Tournament adalah peserta didik merasa senang dan rileks dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran ini juga memicu tumbuhnya karakter kompetitif pada diri peserta didik untuk dapat mengerjakan seluruh pertanyaan dimana hal ini merupakan proses perubahan yang signifikan dari kondisi peserta didik seperti pada kendala diatas.

Kegiatan pembelajaran dilakukan pada hari Senin 15 September 2022 di kelas XI pada mata pelajaran sejarah. Kegiatan belajar dan mengajar mengacu pada Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang sebelumnya, menggunakan model Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) untuk menyelesaikan permasalahan dalam diskusi kelompok. Kegiatan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Adapun proses atau sintak dari Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) adalah :

  • Pendahuluan (Persiapan dan Apersepsi)
  • Guru membuka pertemuan dengan salam.
  • Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum memulai pelajaran.
  • Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan menanyakan kabar
  • Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM (mengecek kesiapan peserta didik).
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
  • Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas pada pertemuan ini melalui powerpoint.
  • Guru membagikan bahan ajar dan LKPD pada Peserta didik
  • Kegiatan Inti
  • Class Presentation.
  • Guru membangun konstruksi pengetahuan peserta didik mengenai peristiwa Reformasi Gereja dengan menayangkan video tentang Reformasi Gereja.
  • Belajar Dalam Kelompok (Teams).
  • Guru Membentuk Peserta didik kedalam 4 kelompok dengan anggota sebanyak 9 orang pada tiap kelompoknya.
  • Guru mengarahkan peserta didik membagi tugas dan bekerjasama dalam Menguraikan pengertian Reformasi gereja, Menganalisis penyebab Reformasi gereja, Memberi Argumentasi dampak Reformasi Gereja di Eropa kemudian dituliskan pada LKPD yang sudah diterima sebagai persiapan mengikuti games akademik.
  • Permainan (Games),
  • Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
  • Pertanyaan dimasukan kedalam amplop menyesuaikan dengan tingkat kemampuan akademis. Amplop pertama merupakan pertanyaan untuk peserta didik dengan kemampuan terbaik dan menyesuaikan selanjutnya.
  • Pertandingan (Tournament), dan
  • Guru dibantu peserta didik menyiapkan meja tournament.
  • Peserta didik berdasarkan nomor 1 maju menjawab pertanyaan di meja tournament 1, nomer 2 ke meja tournament 2 dan seterusnya sampai selesai.
  • Guru mencatat perolehan skore pada laptop yang ditampilkan ke layar melalui proyektor dengan ketentuan skore pada tiap meja yaitu : tercepat pertama skore 60, kedua skore 40, ketiga skore 30 dan ke empat skore 20.
  • Perhargaan Kelompok (Team Recognition).
  • Guru menghitung jumlah perolehan skore kemudian membuat rata-rata nilai kelompok.
  • Guru memberi penghargaan berupa sertifikat kelompok dengan kriteria
  • Super Team memperoleh skore rata-rata > 45
  • Great team memperoleh skore rata-rata 40 - 45
  • Good Team memperoleh skore rata-rata 30 - 40
  • Penutup
  • Guru mengajak peserta didik untuk melakukan refleksi pembelajaran hari ini.
  • Guru memberikan tugas mandiri pada peserta didik untuk membuat laporan  tentang Reformasi Gereja yang berpengaruh bagi Eropa dan dunia dalam bentuk infografis.
  • Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran berikutnya.

Dalam menerapkan sintaks tersebut, guru berkolaborasi dengan peserta didik dimulai dengan peminjaman alat berupa LCD proyektor dan layar yang dilakukan oleh petugas harian dikelas tsb, kemudian guru mengarahkan peserta didik untuk merubah posisi tempat duduk dari empat banjar menjadi dua banjar. Hal ini dimaksudkan agar ada ruang yang bisa digunakan untuk melaksanakan Games Tournament. Tahapan-tahapan pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan aloksi waktu yang telah ditentukan.

Refleksi Hasil dan dampak 

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

  • Dampak Aksi

Dampak dari aksi dan langkah yang dilakukan hasilnya efektif dapat dilihat dari :

  • Tumbuhnya motivasi belajar peserta didik, ditunjukan dengan partisipasi aktif seluruh peserta didik pada tahap-tahap pembelajaran. Sehingga motivasi sekolah yang keliru pada peserta didik dapat diperbaiki.
  • Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran, ditunjukan oleh antusias peserta didik dalam mengikuti games tournament.
  • Tingkat keaktifan peserta didik yang meningkat lebih baik dapat menekan kesempatan peserta didik untuk menyalahgunakan kesempatan menggunakan HP yang diberikan oleh guru saat pembelajaran. Dimana sebelumnya suka bermain game dan sosmed secara dengan berpura-pura untuk browsing materi maka dengan kegiatan pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) tidak ada kesempatan berlama-lama menggunakan HP yg berpotensi disalahgunakan.
  • Rasa percaya diri peserta didik meningkat, sebelumnya peserta didik selalu melaksanakan kegiatan presentasi dengan dipaksa dan ditunjuk pada kesempatan ini peserta didik sendiri yang mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kompetisi pada saat melaksanakan games tournament yang memancing untuk menjadi individu terbaik.

Berdasarkan dampak yang tertera diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan model yang tepat dan efektif untuk dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik. Dengan model pembelajaran tersebut juga telah meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dalam usaha memperoleh hasil belajar.

Respon positif kepala sekolah berupa kebijakan perijinan melaksanakan kegiatan dengan memanfaatkan fasilitas sekolah. Dan setelah melihat video rekaman pembelajaran beliau merasa senang dan memberikan support untuk terus dikembangkan lebih baik lagi.  Peserta didik pun menyatakan bahwa mereka menyukai model Pembelajaran Problem Base Learning dengan tipe Team Games Tournament yang mana mereka belajar akan tetapi merasa tidak seperti sedang belajar.

  • Faktor pendukung keberhasilan 

Faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran antara lain :

  • Kesiapan guru berupa penguasaan sintaks model pembelajaran.
  • Penyampaian materi yang lebih sederhana sehingga memudahkan peserta didik memahami materi.
  • Rasa penasaran peserta didik terhadap model yang baru karena berupa tipe dua model pembelajaran.
  • Kesiapan perangkat pembelajaran, dimana semua kegiatan yang dilakukan peserta didik sudah terakomodasi dengan lengkap.
  • Penggunaan media yang berbasis teknologi informasi sebagai alat dukung pembelajaran.
  • Bahan ajar yang memadahi
  • Media yang digunakan
  • Dukungan dari pihak sekolah ( sarana dan prasarana )
  • Refleksi

Pengalaman positif yang saya dapatkan ketika Melaksanakan Pembelajaran menggunakan model Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) adalah bahwa treatmen atau cara yang tepat dalam pembelajaran akan dapat mmengeluarkan potensi yang dimiliki peserta didik dengan maksimal. Tipe model pembelajaran tersebut  merupakan model pembelajaran yang tepat karena mampu mengembangkan karakter Disiplin (terlihat dalam kesigapan mereka mengikuti tahap-tahap pembelajaran), Kreatif ( terlihat dalam kegiatan diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah berupa tugas-tugas dalam LKPD), dan Demoktrasi (terlihat dalam menerima pendapat teman satu kelompok pada proses diskusi serta menerima dengan tulus ikhlas hasil dari games tournament). Sehingga perlu diperhatikan bahwa guru harus merancang pembelajran yang mampu mengakomodir seluruh potensi peserta didik yang diampunya. Dan jangan takut untuk mencoba hal baru mengenai model pembelajaran demi terciptanya suasana belajar yang ideal di ruang kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun