Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
Menurut Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Winkel ( 1996 : 226 ) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka Prestasi Belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Jadi Prestasi Belajar adalah hasil-hasil pengukuran usaha seseorang dalam proses perubahan secara maksimal mengenai kecakapan pengetahuan, sikap, keterampilan pada kurun waktu tertentu melalui  tes atau ujian tertulis, lisan, penugasan, proyek dan lain-lain yang disiratkan melalui angka atau simbol lain.
Sehingga prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran sangatlah penting karena keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik. Seyogyanya Peserta didik berusaha mendapatkan hasil belajar yang terbaik untuk mencapai prestasi yang baik pula. Akan tetapi pada pengalaman mengajar di SMA Negeri 1 Bantarbolang saya melihat tidak semua hasil belajar Sejarah dari Peserta didik itu tinggi atau baik. Terdapat banyak hasil belajar Sejarah peserta didik yang kurang memuaskan, dan dari hasil belajar yang rendah pada itu di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari guru, Peserta didik itu sendiri dan lingkungan yaitu :
- Guru
- Miskonsepsi Guru bahwa soal tipe HOTS adalah soal berkategori susah.
- Kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal tipe HOTS.
- Guru terlalu cepat menjelaskan materi sehingga Peserta didik kesulitan memahami materi.
- Guru ketika mengajar menggunakan bahasa sulit Peserta didik pahami, sehingga materi yang diajarkan tidak dapat Peserta didik pahami dengan baik.
- Cara mengajar guru sulit saya pahami karena dalam penyampaian materi terkadang tidak terlalu jelas terdengar.
- Peserta didik
- Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang lemah.
- Peserta didik terbiasa mengerjakan soal tipe LOTS sehingga tidak familiar dengan tipe HOTS.
- Cara berfikir peserta didik cenderung sama dengan contoh-contoh yang telah diberikan oleh guru.
- Peserta didik hanya dituntut untuk menerima sesuatu yang dianggap penting dan menghafal.
Sehingga hasil belajar Peserta didik menurun atau tidak mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah, dari permasalahan yang ditemukan di atas, yang menjadi salah satu alternatif solusi yang ditawarkan adalah model pembelajaran inovatif dengan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) memanfaatkan media video ilustrasi pada materi Reformasi Gereja di Eropa kelas XI SMAN 1 Bantarbolang Tahun Pelajaran 2022-2023.
Alasan praktik ini penting untuk dibagikan bahwa guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran khususnya dalam merancang pembelajaran yang inovatif buat peserta didik yang dimulai dari pengembangan media pembelajaran yang menarik sampai penentuan model pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik muatan pelajaran agar Peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensinya di kelas. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) tipe Team Games Tournament (TGT) memanfaatkan media video ilustrasi dapat menarik minat belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah.
Yang menjadi peran dan tanggung jawab dalam hal ini adalah saya berperan sebagai guru yang melaksanakan tugas mengajar dengan mengawali kegiatan dengan merancang perangkat pembelajaran yang bermanfaat bagi Peserta didik dengan mengikuti perkembangan zaman yang seperti saat sekarang ini kita telah memasuki era 4.0 dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif.
Tantangan :Â
Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,
Setelah dilakukan identifikasi masalah, wawancara dengan guru, kepala sekolah dan pakar pendidikan serta konsultasi dengan orangtua, ada tantangan yang dihadapi:
- Terdapat motivasi keliru bahwa sekolah hanya untuk memperoleh ijasah.
- Sikap belajar peserta didik yang pasif.
- Peserta didik terlalu asyik bermain game, sosial media. Â
- Peserta didik tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak pintar.