Kisruh soal anggaran begitu melekat dengan Pemprov DKI Jakarta, sehingga begitu ingat soal anggaran jadi ingat deh dengan Pemprov DKI Jakarta. Ini bukan saya mengada-ada, tapi karena memang anggarannya terkesan mengada-ada.
Publik pernah dikagetkan dengan besarnya anggaran untuk seni instalasi Bambu 'getah-getih' disekitar bundaran HI, yang nilainya sangat fantastis, yakni sekitar 550 juta, sehingga menjadi sorotan masyarakat, dan viral di media sosial.
Setelah itu, publik kembali dibikin terhenyak dengan besarnya anggaran untuk pembuatan instalasi Batu Gabion, sebagai pengganti instalasi Bambu 'getah-getih,' yang nilainya juga cukup fantastis, yakni sekitar 150 juta rupiah.
Sehingga terkesan pemprov DKI Jakarta sangat melekat dengan imej anggaran besar, anggaran yang nilainya begitu fantastis. Sementara masyarakat, khususnya masyarakat DKI Jakarta masih bertanya-tanya tentang manfaat adanya pembantu Gubernur yang tergabung di TGUPP sejumlah 74 orang, padahal Menteri Kabinet saja tidak sebanyak itu.
Sampai saat ini kinerjanya masih dipertanyakan, gaji yang mereka terima setiap bulannya tidaklah kecil. Begitu juga dengan keberadaan KPK DKI, yang jumlah anggotanya cukup banyak, dengan nilai gaji yang juga fantastis.
Efektivitas anggaran di Pemprov DKI Jakarta terkesan banyak yang tidak bermanfaat, bahkan ada kesan Pemprov DKI Jakarta sangat poya-poya dengan anggaran, apalagi DPRD DKI begitu lemah dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Yang lagi hangat jadi pembicaraan, setelah menemukan anggaran Rp82,8 miliar untuk pengadaan lem aibon, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali menemukan anggaran yang ganjil  di usulan anggaran DKI 2020. Yakni, pengadaan pulpen senilai Rp124 miliar
Secara peruntukan dan nilai anggarannya sangatlah tidak logis, terkesan diada-adakan.Â
Bagaimana kalau seandainya PSI tidak ketat mengawasi usulan anggaran ini, bisa-bisa anggaran sebesar itu benar-benar menjadi bancakan.
"Fraksi PSI Jakarta menemukan usulan anggaran pengadaan ballpoint sebesar 124 miliar Rupiah di Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur," kata Anggota Fraksi PSI DPRD DKI William Aditya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (30/10).
Sebelum dua Mata anggaran ini, sempat juga dikritisi anggaran untuk pengecatan Jalur sepeda, yang nilainya sangat fantastis, yakni 73 miliar rupiah. Jadi tidak salah kalau saya katakan, "ingat anggaran jadi ingat DKI Jakarta", karena memang nilai anggaran yang diajukan membuat publik terperangah.