Sejarah awalnya saya mengenal Kompasiana, ketika menjadi pembaca Kompas.com. itu terjadi sekitar tahun 2010. Disalah satu fitur yang ada di Kompas.com, ada fitur Kompasiana.
Saya coba klik fitur tersebut, dan ternyata saya masuk dalam sebuah platform penulisan, yang anggotanya sudah cukup banyak. Saat itu saya merasa beruntung, karena saya menemukan sebuah media tempat saya berbagi tulisan.
Sebelumnya saya cuma memposting tulisan di note Facebook, itupun saya sudah senang banget. Hampir setiap hari saya menulis tentang apa saja yang menarik hati saya untuk dituliskan. Dan akhirnya, tulisan-tulisan saya di Note Facebook tersebut saya pindahkan ke Kompasiana.
Wah senang sekali, karena tulisan-tulisan yang saya posting mendapat respon dari K'ners. Apa lagi tulisan politik, dianggap berani menyuarakan berbagai situasi terkini. Bagusnya lagi K'ners bukan cuma memuji tulisan saya, tapi juga mengkritisi dan Mengajari saya agar menulis dengan Tata Bahasa yang benar, dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik.
Interaksi seperti inilah salah satunya yang membuat saya terus menulis di Kompasiana. Interaksi yang penuh kekeluargaan dan pertemanan, membangun kebersamaan untuk memberikan masukan yang baik.
Saat itu pola interaksinya sangat terbuka, saking terbukanya semua K'ners bisa melihat Interaksi dalam kolom komentar yang begitu terus menerus berlanjut. Satu artikel yang tayang dan menarik untuk diperbincangkan, bisa menghasilkan komentar sampai ratusan, persis seperti kolom komentar di FB.
Artikel Terpopuler
Artikel seperti itu menjadi hits dan Terpopuler, sehingga memacu K'ners untuk membuat artikel yang populer, disamping juga banyak yang tetap konsisten dengan gaya masing-masing, tapi situasi seperti itu betul-betul menghidupkan suasana riuh di Kompasiana.
Sehingga dengan tingginya tensi Interaksi tersebut, tidak jarang Kompasiana Down, perlu di upgrade, yang pada akhirnya Kompasiana mengubah format tampilanya. Perubahan tampilan Kompasiana sangat mempengaruhi Pola Interaksi K'ners.