Kabar terakhir akun twitter @hanumrais digembok, setelah cuitannya menjadi viral dijagat twitter. Nettizen memberikan reaksi keras terhadap cuitan Hanum Rais, dan membombardir akun twitter-nya, akhirnya Hanum pun menghapus cuitannya tersebut.
Cuitan Hanum yang mengomentari peristiwa penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto, di Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019, memang sangat tendensius, berikut bunyi cuitan Hanum;
"Setingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. Dia caper. Karena tidak bakal dipakai lagi play victim. Mudah dibaca sebagai plot.
Di atas berbagai opini yang berbeda terkait berita hits siang ini. Tidak banyak yang benar-benar serius menanggapi. Mungkin karena terlalu banyak hoax-framing yang selama ini terjadi."
Sehingga cuitan Hanum banyak mendapat respon dari nettizen di jagat twitter, namun keesokan harinya, 11 Oktober 2019, cuitan tersebut tidak terlihat lagi di akun Hanum, menurut pengakuannya, cuitan tersebut terhapus secara tidak sengaja.Â
Tapi persoalannya, tangkapan layar cuitan Hanum tersebut sudah keburu beredar. Sebagai seorang politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN), cuitan Hanum penuh tendensi politik, dan merupakan tuduhan yang bisa diproses secara hukum.
Apa yang dicuitkan Hanum sudah menjadi konsumsi publik, maka kebenarannya harus bisa dipertangungjawabkan. Bukan cuma sekali ini Hanum membuat bingung publik.
Pada kasus Ratna Sarumpaet, diawal pelaksanaan Pilpres setahun yang lalu, dia meyakini publik dengan profesinya sebagai seorang dokter, bahwa apa yang dialami Ratna, adalah benar akibat penganiayaan.
Pada kenyataannya, Ratna Sarumpaet sendiri akhirnya mengakui bahwa, lebam yang ada diwajahnya bukanlah karena penyiksaan, tapi karena operasi plastik yang gagal.
Sekarang Hanum kembali mengulangi sebuah pernyataan yang berbahaya, yang efeknya buruk bagi Menko Polhukam Wiranto, yang dianggap merekayasa kasusnya hanya untuk memanfaatkan dana deradikalisasi.
Siapa yang mau menganiaya dirinya sendiri hanya untuk sebuah rekayasa.? Sebegitu parahnya sudut pandang Hanum terhadap Wiranto. Benci boleh saja, tapi tidak perlu mengumbar fitnah.
Saya pribadi sangat kaget mendengar pengakuan anak saya yang juga penggiat media sosial, dia begitu termakan dengan cuitan Hanum, bahkan sangat buruk pandangannya terhadap Wiranto.
Sampai-sampai dia berasumsi kalau rekayasa tersebut untuk memulihkan nama baik Wiranto, yang tercoreng oleh kasus HAM dimasa Pemerintahan Orde Baru.
Saya mencoba meluruskan pikiran anak saya dengan mengajaknya untuk menggunakan nalar. Siapa orang yang mau mengorbankan dirinya dengan dua luka tusukan yang terbilang berbahaya.
Apa mungkin tusukan tersebut bisa diarahkan kebagian yang terbilang aman, dalam situasi dan tempat ditengah keramaian.?
Apa sampai sebegitunya Wiranto mau menaikkan kembali nama baiknya, sementara hal seperti itu bisa dilakukannya dengan kinerja yang baik diakhir masa jabatannya sebagai Menko Polhukam.
Saya bilang sama anak saya, bahwa sampai saat ini saya belum ada yang bisa saya percayai dari seorang Hanum Rais, belum ada pengabdiannya pada negara yang bisa dibanggakan, selain dari pada nyinyir di twitter.
Saya mempercayai apa yang dialami Wiranto adalah sebuah kebenaran yang nyata, karena sudah banyak video yang memberikan tangkapan gambar, yang sedikitpun tidak ada kesan rekayasa.
Itu baru anak saya yang diketahui sudah termakan oleh cuitan Hanum, gimana dengan konstituen yang memilihnya, dan followers-nya yang segitu banyak sudah teracuni cuitannya.
Jadi sangat wajar kalau ada pihak yang melaporkan Hanum, atas cuitannya yang sangat tendensius dan berbahaya. Seperti yang dilansir Tagar.id;
Hanum Rais akan dilaporkan ke polisi oleh organisasi relawan Jam'iyyah Joko Widodo-Ma'ruf.
Koordiantor relawan Jam'iyyah Jokowi-Ma'ruf Rody Asyadi seperti diberitakan Tempo, menilai cuitan Hanum sangat berbahaya, menganggap peristiwa Wiranto rekayasa belaka.
Semoga saja kejadian ini menjadi pelajaran bagi Hanum Rais, bahwa sebagai seorang politisi, setiap cuitannya yang terkait situasi politik, adalah merupakan statement politik yang harus dipertangungjawabkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H