Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bencinya Mereka Pada Wiranto

10 Oktober 2019   21:46 Diperbarui: 11 Oktober 2019   21:10 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa harus Menko Polhukam, Wiranto yang menjadi target serangan, dan ditusuk ditengah keramaian. Penusuk Wiranto adalah pembawa pesan perlawanan dari kelompok yang ingin diperangi Wiranto. Beberapa pernyataan keras Wiranto yang menyatakan perang terhadap radikalisme. 

Komitmen Wiranto untuk memerangi radikalisme ini sangatlah frontal, bahkan ada wacana antar negara untuk saling membantu dalam mencegah atau menangani masuknya paham dan gerakan radikalisme di satu negara.

Inikan sebuah sinyal perang dari Wiranto, dan tanpa disadari Wiranto sudah memposisikan diri sebagai titik fokus serangan kaum radikalis. Tidak bisa dibilang tidak, penyerang Wiranto dengan dua tusukan pisau itu adalah bagian dari kaum radikalis.

Anehnya, disaat pemerintah ingin membasmi kelompok ini ada politisi yang nyinyir, yang menganggap peristiwa penusukan Wiranto sebagai Framing yang sengaja direkayasa, agar anggaran deradikalisme bisa terus dikucurkan.

Inilah bagian dari kesulitan negara dalam memberantas radikalisme yang sudah masuk kedalam berbagai sendi, yang mulai menggerogoti Persatuan dan kesatuan bangsa.

Menghadapi kelompok ini Memang serba salah, karena pemerintah sudah terlanjur dianggap musuh, baik oleh kaum radikalis, maupun oleh pembenci pemerintah pendukung lawan politik Jokowi.

Kejadian apapun yang menimpa pihak Pemerintah akan dianggap rekayasa politik. Termasuklah apa yang dialami oleh Menko Polhukam Wiranto. Framing ini terus disuarakan agar masyarakat tidak percaya dengan Pemerintah.

Jadi kalau sampai penusuk Wiranto dikenakan hukuman, atau penyiksaan, maka akan mereka keluarkan jurus 'kriminalisasi' terhadap umat muslim, intimidasi terhadap umat Islam.

Inilah pola-pola yang diciptakan oleh kelompok radikalis untuk mengadu Domba sesama umat muslim, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Sayangnya sebagian dari umat Islam Indonesia tidak bisa menyadari kondisi itu.

Mereka hanyut dalam permainan kaum radikalis yang memang menginginkan Indonesia ini hancur. Itulah kenapa Wiranto yang menjadi target Utama penyerangan, karena Wiranto terang-terangan menyatakan perang dengan kelompok radikalis.

Apa yang dialami Wiranto saat ini adalah sebuah pesan perlawanan yang perlu diwaspadai. Setelah Wiranto, pastinya ada target lain yang menjadi sasaran mereka. Siapapun yang ingin membasmi radikalisme, dianggap musuh mereka.

Tahun 2017 lalu, Wiranto mengungkapkan ada wacana antarnegara berdekatan untuk saling membantu dalam mencegah atau menangani masuknya paham dan gerakan radikalisme di satu negara.

"Sudah ada satu wacana untuk saling membantu. Misalnya, saya dengan pihak Australia juga sudah bicara, kemudian Filipina dengan Indonesia sendiri sudah bicara. Banyak negara lain juga punya kepentingan terhadap munculnya basis teror di Marawi itu," kata Wiranto.

Ia menyebutkan kerja sama saling membantu itu atas dasar prinsip pada pertimbangan bahwa tidak mungkin satu negara itu sendirian melawan terorisme.

"Presiden Duterte pun memberikan lampu hijau untuk mendapatkan bantuan dari negara lain," katanya. Baca disini

Apa yang diwacanakan oleh Wiranto dengan beberapa negara terdekat, jelas merupakan ancaman bagi jaringan kaum radikalis. Sikap dan komitmen Pemerintah sangat tegas terhadap ancaman radikalisme.

Harusnya masyarakat pun menyambut baik upaya Pemerintahan untuk memerangi radikalisme. Memang tidak bisa dipungkiri, semangat untuk memerangi radikalisme ini secara politis bisa dipelintir dan di framing pihak-pihak yang anti Pemerintah.

Inilah pekerjaan rumah bagi Pemerintah, khususnya Menko Polhukam Wiranto, yang masih akan diteruskan oleh penggantinya nanti. Memberikan pemahaman pada masyarakat tentang bahayanya radikalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun