Kenapa harus Menko Polhukam, Wiranto yang menjadi target serangan, dan ditusuk ditengah keramaian. Penusuk Wiranto adalah pembawa pesan perlawanan dari kelompok yang ingin diperangi Wiranto. Beberapa pernyataan keras Wiranto yang menyatakan perang terhadap radikalisme.Â
Komitmen Wiranto untuk memerangi radikalisme ini sangatlah frontal, bahkan ada wacana antar negara untuk saling membantu dalam mencegah atau menangani masuknya paham dan gerakan radikalisme di satu negara.
Inikan sebuah sinyal perang dari Wiranto, dan tanpa disadari Wiranto sudah memposisikan diri sebagai titik fokus serangan kaum radikalis. Tidak bisa dibilang tidak, penyerang Wiranto dengan dua tusukan pisau itu adalah bagian dari kaum radikalis.
Anehnya, disaat pemerintah ingin membasmi kelompok ini ada politisi yang nyinyir, yang menganggap peristiwa penusukan Wiranto sebagai Framing yang sengaja direkayasa, agar anggaran deradikalisme bisa terus dikucurkan.
Inilah bagian dari kesulitan negara dalam memberantas radikalisme yang sudah masuk kedalam berbagai sendi, yang mulai menggerogoti Persatuan dan kesatuan bangsa.
Menghadapi kelompok ini Memang serba salah, karena pemerintah sudah terlanjur dianggap musuh, baik oleh kaum radikalis, maupun oleh pembenci pemerintah pendukung lawan politik Jokowi.
Kejadian apapun yang menimpa pihak Pemerintah akan dianggap rekayasa politik. Termasuklah apa yang dialami oleh Menko Polhukam Wiranto. Framing ini terus disuarakan agar masyarakat tidak percaya dengan Pemerintah.
Jadi kalau sampai penusuk Wiranto dikenakan hukuman, atau penyiksaan, maka akan mereka keluarkan jurus 'kriminalisasi' terhadap umat muslim, intimidasi terhadap umat Islam.
Inilah pola-pola yang diciptakan oleh kelompok radikalis untuk mengadu Domba sesama umat muslim, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Sayangnya sebagian dari umat Islam Indonesia tidak bisa menyadari kondisi itu.