Mereka hanyut dalam permainan kaum radikalis yang memang menginginkan Indonesia ini hancur. Itulah kenapa Wiranto yang menjadi target Utama penyerangan, karena Wiranto terang-terangan menyatakan perang dengan kelompok radikalis.
Apa yang dialami Wiranto saat ini adalah sebuah pesan perlawanan yang perlu diwaspadai. Setelah Wiranto, pastinya ada target lain yang menjadi sasaran mereka. Siapapun yang ingin membasmi radikalisme, dianggap musuh mereka.
Tahun 2017 lalu, Wiranto mengungkapkan ada wacana antarnegara berdekatan untuk saling membantu dalam mencegah atau menangani masuknya paham dan gerakan radikalisme di satu negara.
"Sudah ada satu wacana untuk saling membantu. Misalnya, saya dengan pihak Australia juga sudah bicara, kemudian Filipina dengan Indonesia sendiri sudah bicara. Banyak negara lain juga punya kepentingan terhadap munculnya basis teror di Marawi itu," kata Wiranto.
Ia menyebutkan kerja sama saling membantu itu atas dasar prinsip pada pertimbangan bahwa tidak mungkin satu negara itu sendirian melawan terorisme.
"Presiden Duterte pun memberikan lampu hijau untuk mendapatkan bantuan dari negara lain," katanya. Baca disini
Apa yang diwacanakan oleh Wiranto dengan beberapa negara terdekat, jelas merupakan ancaman bagi jaringan kaum radikalis. Sikap dan komitmen Pemerintah sangat tegas terhadap ancaman radikalisme.
Harusnya masyarakat pun menyambut baik upaya Pemerintahan untuk memerangi radikalisme. Memang tidak bisa dipungkiri, semangat untuk memerangi radikalisme ini secara politis bisa dipelintir dan di framing pihak-pihak yang anti Pemerintah.
Inilah pekerjaan rumah bagi Pemerintah, khususnya Menko Polhukam Wiranto, yang masih akan diteruskan oleh penggantinya nanti. Memberikan pemahaman pada masyarakat tentang bahayanya radikalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H