Beruntunglah Puan menjadi anak Megawati Soekarno Putri, karena itulah Puan menjadi pusat perhatian. Dalam politik tidak perlu prestasi untuk mendapatkan sebuah jabatan, cukup dengan pengaruh kekuasaan.
Puan begitu dipuji, karena seperti kakeknya yang menjadi Presiden pertama Republik Indonesia, begitu juga ibunya, seorang perempuan yang pertama menjadi Presiden Republik Indonesia, dan Puan menjadi perempuan pertama menjadi Ketua DPR RI.
Puan dari "Trah" yang Serba pertama, itulah yang membuat Puan harus dipuji. Padahal untuk menjadi Ketua DPR bukanlah sebab itu. Bisa jadi ini hanya sebuah kebetulan yang disengaja.
Untuk menjadi Ketua DPR, Puan sudah disiapkan sejak lama, hanya saja Undang-Undang yang berlaku saat itu tidak mendukung. Setelah UU MD3 direvisi, barulah bisa direalisasikan.
Puan jangan dulu dipuji, karena Puan masih harus diuji. Tidak mudah menjadi Ketua Dewan Terhormat, dijabatan Menteri pun Puan tidak meninggalkan Legacy.
Ujian yang akan dihadapi Puan cukup berat. Meskipun Puan pernah cukup lama menjadi Anggota Dewan. Puan harus mampu mengubah citra lembaga legislatif yang anggotanya seperti "jamaah tarawih".
Masih mending jamaah tarawih, pada tarawih pertama penuh mesjidnya. Sementara Anggota dewan, baru saja satu hari dilantik, sidang Paripurna pertama cuma dihadiri setengah dari jumlah anggota Dewan.
Bisa dibayangkan kedepannya seperti apa, kalau hari pertama sidang saja sudah sepi peminatnya. Seperti apa nantinya pada sidang Paripurna terakhir.
Puan terlalu dini untuk dipuji, Puan belum menorehkan prestasi. Puan belum bisa hilangkan citranya sebagai anak mami. Lebih baik kritisi kinerja Puan daripada sekedar memuji, agar Puan bisa lebih kuat dan Mandiri.
Kita cenderung berlebih-lebihan dalam memuji, juga berlebih-lebihan jika membenci. Makanya ada istilah "lebay" karena serba berlebih-lebihan dalam semua hal.