Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Puan Maharani Tidaklah Istimewa?

3 Oktober 2019   06:56 Diperbarui: 3 Oktober 2019   07:36 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntunglah Puan menjadi anak Megawati Soekarno Putri, karena itulah Puan menjadi pusat perhatian. Dalam politik tidak perlu prestasi untuk mendapatkan sebuah jabatan, cukup dengan pengaruh kekuasaan.

Puan begitu dipuji, karena seperti kakeknya yang menjadi Presiden pertama Republik Indonesia, begitu juga ibunya, seorang perempuan yang pertama menjadi Presiden Republik Indonesia, dan Puan menjadi perempuan pertama menjadi Ketua DPR RI.

Puan dari "Trah" yang Serba pertama, itulah yang membuat Puan harus dipuji. Padahal untuk menjadi Ketua DPR bukanlah sebab itu. Bisa jadi ini hanya sebuah kebetulan yang disengaja.

Untuk menjadi Ketua DPR, Puan sudah disiapkan sejak lama, hanya saja Undang-Undang yang berlaku saat itu tidak mendukung. Setelah UU MD3 direvisi, barulah bisa direalisasikan.

Puan jangan dulu dipuji, karena Puan masih harus diuji. Tidak mudah menjadi Ketua Dewan Terhormat, dijabatan Menteri pun Puan tidak meninggalkan Legacy.

Ujian yang akan dihadapi Puan cukup berat. Meskipun Puan pernah cukup lama menjadi Anggota Dewan. Puan harus mampu mengubah citra lembaga legislatif yang anggotanya seperti "jamaah tarawih".

Masih mending jamaah tarawih, pada tarawih pertama penuh mesjidnya. Sementara Anggota dewan, baru saja satu hari dilantik, sidang Paripurna pertama cuma dihadiri setengah dari jumlah anggota Dewan.

Bisa dibayangkan kedepannya seperti apa, kalau hari pertama sidang saja sudah sepi peminatnya. Seperti apa nantinya pada sidang Paripurna terakhir.

Puan terlalu dini untuk dipuji, Puan belum menorehkan prestasi. Puan belum bisa hilangkan citranya sebagai anak mami. Lebih baik kritisi kinerja Puan daripada sekedar memuji, agar Puan bisa lebih kuat dan Mandiri.

Kita cenderung berlebih-lebihan dalam memuji, juga berlebih-lebihan jika membenci. Makanya ada istilah "lebay" karena serba berlebih-lebihan dalam semua hal.

Ketua DPR itu bukan sekedar jabatan politis. Belum ada dalam sejarah di Republik ini Ketua DPR punya peranan penting dalam mengubah wajah lembaga legislatif tersebut.

Ketua DPR itu hanya representasi dari Partai politik, sama sekali tidak mewakili kepentingan rakyat. Inilah Pekerja berat Ketua DPR dimasa Pemerintahan Jokowi. Apa lagi Ketua DPR mewakili Partai pengusung Jokowi.

Rakyat semakin cerdas berpolitik, semakin melek politik. Oligarki kekuasaan yang dibangun Partai politik bukanlah demi kepentingan rakyat.

Sejak lama rakyat hanya menjadi produk dagangan politik, yang dimanfaatkan dimusim kampanye, dan dilepehin sesudah Kampanye berakhir.

Eforia politik tidak pernah menyentuh kepentingan masyarakat secara substantif. Sebagai penggembira, masyarakat cukup menikmati itu, meskipun tidak memperbaiki keadaan hidup.

Sudahlah, jangan terlalu memuji Puan. Puan manusia biasa yang punya kelebihan dan kekurangan. Jangan mempertahankan hal yang sudah menjadi kebiasaan, sekarang memuji, setalahnya mencaci-maki.

Puan tidak anti kritik, inilah yang harus diuji bukan dipuji. Inilah yang masih perlu dibuktikan sebelum mengumbar berbagai pujian.

Kita sebagai masyarakat juga harus bisa membuang kebiasaan buruk. Mudah memuji juga mudah mencaci-maki. Memuji berlebih-lebihan, membenci apalagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun