Seraya Rudy mengatakan, "Terima kasih Romo, Anda mengajarkan saya Ber-Islam."
"Rud, mengapa kamu salat disini?" tanya Romo Mangun.
"Sebelum mas Romo kesini saya sering salat disini, aku menumpang saja Mas. Aku butuh kedamaian Allah, disini kan tidak ada masjid," kata Rudy menjelaskan.
"Rudy...Rudy, andaikan satu dunia ini isinya orang sepertimu," ujar Romo Mangun sambil tersenyum.
"Seperti saya? tukang ngotot maksudnya?" timpal Rudy.
"Bukan begitu, tetapi orang yang selalu yakin Tuhan yang Maha Pengasih, apa yang dibuatnya, segala cobaannya, dan segala perbedaan di bumi," terang Romo Mangun.
"Senang sekali melihatmu nyaman berdoa di gereja dengan caramu sendiri, ini justru bukti keimananmu tak mudah goyah Rud," jelas Romo Mangun.
Kalau menyimak apa yang dikatakan Pak Habibie tentang "Berislam" diatas maknanya sangat luas. Bisa jadi yang dimaksudkan bahwa Romo Mangun membuka matanya bagaimana berislam sesungguhnya.
Berislam dengan Islam yang rahmatan'lilalamin, yang mudah menerima perbedaan, Islam yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan diatas segala nilai yang ada.
Begitulah hidup, kita bisa mengambil pelajaran dari mana saja, karena kehidupan itu sendiri adalah tempatnya belajar, merupakan sebuah Universitas, tempat menuntut berbagai Ilmu.
Pak Habibie pun kebetulan Pola berpikirnya sangat terbuka, dan sangat moderat. Sehingga hidup dan jalinan antar manusianya tidak tersekat oleh SARA.